Bung Tomo – Legend Of Arek-Arek Suroboyo

Bung Tomo Pahlawan dengan nama lengkap Sutomo itu dikenal dengan pidato heroik yang membakar semangat arek-arek Suroboyo melawan tantara Inggris. Allahu akbar! Merdeka! Merdeka atau mati! Adalah beberapa kata yang identik dengan Bung Tomo untuk mengobarkan semangat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bung Tomo - Legend Of Arek-Arek Suroboyo

Kehidupan Awal Bung Tomo

Sutomo lahir di Surabaya pada tanggal 3 Oktober 1920. Ayahnya, Kartawan Tjiptowidjojo, berasal dari keluarga kelas menengah, sedangkan ibunya adalah seorang distributor lokal perusahaan mesin jahit. Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, ia melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MULO.

Pada usia 12 tahun, ia pernah keluar dari sekolah dan bekerja sementara. Namun, ia kembali ke pendidikan formal di HBS lewat korespondensi, meskipun tidak pernah lulus secara resmi. Dari HBS, ia bergabung dengan Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI). Dari tempat ini, ia mendapatkan kesadaran nasionalisme dan perjuangan dari kegiatan kepanduan ini

Pada tahun 1939, saat usia 19 tahun, ia menjadi jurnalis dan penulis di harian berbahasa Jawa, “Ekspres.” Tiga tahun setelah itu, Bung Tomo bekerja di kantor berita Antara, di bagian bahasa Indonesia untuk wilayah Jawa Timur. Pada usia 25 tahun, ia bahkan menjadi kepala kantor berita Antara di Surabaya. Selama pendudukan Jepang, ia melaporkan berita tentang kemerdekaan Indonesia dalam bahasa Jawa agar tidak mudah disensor oleh penjajah.

Baca Juga: Suku Minangkabau – Mengenal Asal-Usul Dan Budayanya

Perjuangan Dan Kepahlawanannya

Menjadi jurnalis tidak membuat semangat perjuangan Sutomo berkurang. Sebaliknya, semangat itu makin berkobar. Pada tahun 1944, ia terpilih sebagai anggota Gerakan Rakyat Baru dan menjadi pengurus Pemuda Republik Indonesia (PRI) di Surabaya. Keberanian Beliau dan patriotismenya terlihat nyata saat peristiwa 10 November 1945. Ia memimpin rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya, untuk melawan penjajah Inggris yang ingin merebut kembali Indonesia.Pidato heroiknya lewat radio untuk membakar semangat rakyat untuk berjuang mempertahankan Indonesia. Peristiwa itu, 10 November 1945, kemudian dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

Peran Setelah Kemerdekaan

Lima tahun setelah kemerdekaan, Beliau menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata dan Menteri Sosial Ad Interim di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Ia juga menjadi anggota DPR pada tahun 1956-1959, mewakili Partai Rakyat Indonesia. Setelah itu, karier politiknya cenderung fluktuatif, kadang mendukung penguasa, kadang bersikap kritis.

Pada awal Orde Baru pada tahun 1978, ia ditahan oleh pemerintah karena kritikannya, tetapi satu tahun kemudian, ia dibebaskan. Setelah pembebasan, Beliau lebih fokus pada keluarga dan anak-anaknya. Ia berusaha keras agar anak-anaknya berhasil dalam pendidikan.

Pada 7 Oktober 1981, Bung Tomo meninggal dunia saat menunaikan ibadah haji di Padang Arafah, Arab Saudi. Jenazahnya dibawa pulang ke Indonesia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya. Beliau dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjuang dengan tekad dan semangat yang luar biasa untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Peringatan Hari Pahlawan pada 10 November adalah penghormatan bagi perjuangan dan warisannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Akhir Hidup Dari Bung Tomo

Bung Tomo - Legend Of Arek-Arek Suroboyo

Bung Tomo, yang lahir dengan nama Ahmad Sukarno, adalah seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terkenal karena perannya dalam mempertahankan Surabaya dari agresi Belanda pada tahun 1945. Ia dikenal sebagai orator ulung yang mampu membangkitkan semangat juang rakyat melalui pidato-pidatonya yang menggetarkan.

Perjuangan di Surabaya: beliau menjadi terkenal saat pertempuran Surabaya pada November 1945, ketika ia memimpin perlawanan rakyat Indonesia melawan tentara Belanda. Ia dikenal karena pidato-pidatonya yang berapi-api yang menggerakkan semangat para pejuang dan rakyat. Setelah Perang: Setelah pertempuran di Surabaya, Bung Tomo terus aktif dalam politik. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan sosial.

Pengasingan dan Penangkapan: Pada tahun 1960-an, Bung Tomo terlibat dalam gerakan politik yang berlawanan dengan pemerintah Orde Baru. Ia sempat ditangkap dan diasingkan oleh rezim Soeharto.Kehidupan Akhir: Setelah dibebaskan dari penjara, Bung Tomo menghabiskan sisa hidupnya di Surabaya. Ia tetap dihormati sebagai pahlawan nasional. Bung Tomo meninggal pada 7 September 1981 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.

Bung Tomo dikenang sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan yang gigih, dan kontribusinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tetap diingat hingga saat ini.

Warisan Bung Tomo

Warisan Bung Tomo sebagai tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia meliputi berbagai aspek yang berpengaruh terhadap sejarah dan budaya Indonesia. Berikut adalah beberapa warisan penting dari Bung Tomo:

  • 1.  Semangat Nasionalisme: Bung Tomo dikenal sebagai orator ulung yang mampu membangkitkan semangat juang rakyat. Pidato-pidatonya selama pertempuran Surabaya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berjuang demi kemerdekaan. Semangat nasionalisme yang ditanamkannya terus hidup di kalangan generasi penerus.
  • Perjuangan di Surabaya: Peran Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya pada November 1945 menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Pertempuran ini tidak hanya menunjukkan keberanian para pejuang, tetapi juga memperkuat tekad bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
  • Orasi dan Retorika: Keterampilan beliau dalam berpidato dan menyampaikan pesan kepada rakyat menjadi contoh bagi para pemimpin dan orator di Indonesia. Gaya orasinya yang penuh semangat dan emosional mengajarkan pentingnya komunikasi yang efektif dalam menggerakkan masyarakat.
  • Pendidikan dan Pengajaran: Bung Tomo juga dianggap sebagai pendidik yang menyebarkan ide-ide kemerdekaan kepada rakyat. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan memperjuangkan hak-hak rakyat.
  • Pengakuan sebagai Pahlawan Nasional: Bung Tomo diakui sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Penghargaan ini mengingatkan generasi penerus akan pengorbanan dan dedikasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan.
  • Pengaruh terhadap Generasi Muda: Warisan Beliauterus diingat dan diajarkan di sekolah-sekolah. Ia menjadi teladan bagi generasi muda untuk memiliki semangat juang dan cinta tanah air.

Warisan Bung Tomo tidak hanya terbatas pada sejarah perjuangan kemerdekaan, tetapi juga mencakup nilai-nilai kepemimpinan, keberanian, dan dedikasi terhadap bangsa yang tetap relevan hingga saat ini.

Kesimpulan

Beliau adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang dikenal karena perannya yang krusial dalam pertempuran Surabaya pada November 1945. Sebagai orator ulung, ia mampu membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia melalui pidato-pidato yang menggetarkan hati, yang menginspirasi banyak orang untuk berjuang melawan penjajahan Belanda. Semangat nasionalisme yang ditanamkannya selama perjuangan kemerdekaan menjadi landasan bagi generasi penerus untuk terus memperjuangkan kemajuan dan keadilan bagi bangsa.

Warisan Bung Tomo tidak hanya terletak pada sejarah perjuangan, tetapi juga pada nilai-nilai kepemimpinan dan cinta tanah air yang terus dikenang dan diajarkan kepada generasi muda. Dengan pengakuan sebagai pahlawan nasional, Bung Tomo menjadi simbol keberanian dan dedikasi yang mengajak rakyat untuk selalu berjuang demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Semangat dan pengorbanannya dalam menghadapi tantangan tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia dalam menggapai cita-cita yang lebih baik. Silahkan Klik Link Ini Untuk Informasi Sejarah Lainnya storyups.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *