Abdul Haris Nasution – Jendral Yang Selamat Dari Tragedi G30S PKI
Abdul Haris Nasution adalah seorang jendral berpangkat tinggi dan politikus di indonesi, dan ia juga bertugas militer selama Revolusioner Nasional Indonesia dan ia tetap di militer selama gejolak berikutnya dari demokrasi Parlamenter dan Demokrasi Terpimpin.
Awal Mula Kehidupan Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam konteks militer dan politik. Lahir pada 3 Desember 1918 di Parapat, Sumatera Utara, Nasution berasal dari keluarga sederhana yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Ayahnya, Haris Nasution, adalah seorang guru, dan dari keluarganya, Nasution mewarisi semangat untuk belajar dan berdedikasi.
Nasution menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Indonesia (UI) di Fakultas Hukum meski pendidikan tinggi formalnya sempat terputus akibat situasi politik dan sosial pada masa itu, karier militernya dimulai dengan bergabung dalam organisasi kemiliteran yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia memainkan peran kunci dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda dan terlibat dalam berbagai pertempuran penting selama masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Nasution dikenal sebagai seorang strategis ulung dan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan doktrin dan struktur TNI. Ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata dan menjadi salah satu arsitek penting dalam pembentukan konsep pertahanan negara. Selain itu Nasution memiliki peran penting dalam politik Indonesia termasuk dalam masa-masa turbulen seperti Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) pada tahun 1965, di mana ia selamat dari upaya pembunuhan yang menargetkan para jenderal TNI.
Baca Juga: Sejarah Dan Pejuangan Jenderal Sudirman
Kegagalan Abdul Haris Nasution
Meskipun Beliau dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia, juga mengalami berbagai kegagalan dan tantangan dalam kariernya. Beberapa aspek dari kegagalan atau kesulitan yang dihadapinya adalah:
- Gagal Menjaga Keamanan pada Gestapu 1965: Nasution selamat dari upaya pembunuhan dalam peristiwa Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) pada 1965 namun kegagalan ini mencerminkan adanya kelemahan dalam sistem keamanan saat itu meskipun Nasution selamat dan berhasil berperan dalam mengatasi situasi pasca-Gestapu, peristiwa tersebut menunjukkan adanya kekurangan dalam koordinasi dan intelijen.
- Konflik Internal di TNI: Nasution menghadapi tantangan dalam mengelola konflik internal di tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada masa-masa tertentu, dia terlibat dalam konflik dengan berbagai kelompok di dalam militer. Termasuk persaingan dengan beberapa rekan sejawat yang memiliki pandangan berbeda tentang strategi dan kebijakan militer.
- Penolakan Terhadap Konsep Supremasi Sipil: Nasution memiliki pandangan kuat mengenai supremasi militer atas sipil dalam hal pertahanan dan keamanan negara. Meskipun pandangannya tersebut dianggap strategis oleh sebagian orang pandangan ini juga menyebabkan ketegangan dengan kelompok-kelompok yang mendukung konsep demokrasi dan supremasi sipil.
- Pembangunan Militer yang Kontroversial: Selama masa jabatannya, Nasution terlibat dalam pembangunan dan reformasi struktur militer yang terkadang kontroversial. Beberapa kebijakan militer yang diterapkan tidak selalu mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak dan hal ini menciptakan ketegangan dalam lingkungan politik dan sosial
Selamat Dari Tragedi G30S PKI
Abdul Haris Nasution selamat dari tragedi Gerakan 30 September (G30S/PKI) yang terjadi pada 1965 sebuah peristiwa yang mengguncang Indonesia dan mengakibatkan pembunuhan terhadap tujuh jenderal TNI. Pada malam serangan tersebut, Nasution yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata, menjadi salah satu target utama kelompok tersbut.
Nasution selamat berkat keberanian dan ketepatannya dalam menghadapi situasi kritis. Pada saat serangan, Nasution berhasil melarikan diri dari rumahnya yang diserang dan bertahan di luar dengan penuh risiko. Pengalaman ini tidak hanya menguatkan posisi Nasution sebagai tokoh penting dalam stabilisasi negara pasca-G30S/PKI, tetapi juga memperkuat kepemimpinannya dalam menanggulangi krisis yang melanda Indonesia. Selamat dari tragedi tersebut, Nasution memainkan peran kunci dalam proses pemulihan dan pembentukan kembali tatanan politik serta militer di Indonesia.
Akhir Hayat Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution mengakhiri hayatnya pada 5 September 2000. Setelah melalui berbagai pengalaman penting dan tantangan dalam kariernya sebagai seorang jenderal dan tokoh militer serta politik di Indonesia, Nasution meninggal dunia di Jakarta. Pada masa akhir hidupnya, Nasution dikenal sebagai sosok yang tetap dihormati dan dihargai atas kontribusinya dalam sejarah Indonesia. Meskipun banyak peristiwa penting dan kontroversial yang melingkupi hidupnya. Dia dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan militer Indonesia.
Setelah meninggal, Nasution diberikan penghormatan dan peringatan sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia dan warisan pemikirannya tentang strategi militer dan kepemimpinan terus dipelajari dan dibahas dalam konteks sejarah dan pendidikan di Indonesia.
Warisan Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution meninggalkan warisan yang signifikan dalam sejarah Indonesia, terutama dalam bidang militer dan strategi. Sebagai arsitek doktrin “Pertahanan Semesta”. Nasution menekankan pentingnya partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam pertahanan negara bukan hanya bergantung pada kekuatan militer semata konsep ini telah menjadi dasar bagi strategi pertahanan Indonesia dan memengaruhi cara TNI dalam mengembangkan dan menerapkan kebijakan militer selain itu Nasution berperan penting dalam pembentukan struktur TNI yang lebih terkoordinasi dan efektif serta berkontribusi dalam stabilisasi negara pasca-Gestapu pada tahun 1965 warisan Nasution juga tercermin dalam karya tulisnya yang mendalam mengenai teori militer dan pengalaman politik memberikan wawasan yang berharga bagi pemahaman strategi dan kepemimpinan. Kepemimpinan dan integritasnya dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dalam pertempuran maupun dalam konteks politik, terus menjadi teladan bagi banyak orang.
Kesimpulan
Abdul Haris Nasution, sebagai salah satu tokoh sentral dalam sejarah Indonesia, meninggalkan warisan yang mendalam dalam bidang militer dan politik. Selamat dari tragedi Gerakan 30 September (G30S/PKI) pada 1965. Nasution memainkan peran krusial dalam stabilisasi negara dan perumusan doktrin Pertahanan. Semesta yang menekankan peran seluruh elemen masyarakat dalam pertahanan negara. Kontribusinya dalam pengembangan struktur TNI dan strategi militer, serta kepemimpinan dalam menghadapi krisis, menjadikannya salah satu pahlawan nasional yang dihormati. Warisannya, baik dalam teori militer maupun kepemimpinan, terus mempengaruhi kebijakan pertahanan dan pemikiran strategis di Indonesia hingga saat ini. Baca juga informasi sejarah lainnya hanya di
storyups.com