Sejarah Banda Neira – Keindahan Alam Indonesia Di Bagian Timur

Sejarah Banda Neira – Tempat pembuangan para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, sperti Sutan Syahrir, Moh Hatta serta Cipto Mangunkusumo.

Sejarah-Banda-Neira---Keindahan-Alam-Indonesia-Di-Bagian-TimurSejarah Banda Neira

Pulau Banda Neira sendiri adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku. Selain Banda Neira, pulau lain yang terdapat di Kepulauan Banda adalah Banda Besar dan Pulau Gunung Api. Banda Neira memiliki sejarah panjang dengan VOC. Sejarah Banda Neira mungkin membuatmu penasaran. Sebab, pulau ini dikenal sebagai tempat pembuangan para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo.

Sebelum abad ke-15, Kepulauan Banda sudah terkenal di dunia sebagai daerah produsen buah pala. Awal kepulauan Banda terjadi dengan bangsa-bangsa Asia, seperti para pelaut dan pedagang Melayu, Cina, dan Arab. Selain menjual pala, orang-orang Banda juga ikut serta dalam pelayaran perdagangan sampai ke Malaka. Mereka juga ikut dalam pelayaran niaga, dan memiliki armada dagang sendiri yang mengangkut hasil-hasil bumi dari pulau-pulau lain ke Banda. Banda pun memiliki armada perang laut yang dikenal dengan istilah “Korakora” atau Belang. Kora-kora terbagi atas dua jenis, yakni khusus untuk berperang dan jenis khusus untuk melayani perjalanan Raja.

Sejarah Banda Neira Sebagai Pulau Penghasil Pala

Pada zaman dahulu, Banda Neira adalah sangat terkenal karena menjadi satu-satunya penghasil pala di dunia. Hal ini disebabkan karena buah pala diyakini hanya bisa tumbuh di daerah itu, yang tanahnya subur dan tidak banyak terkena hujan. Oleh sebab itu, tidak heran banyak bangsa penjajah yang ingin menguasai. Bangsa yang pertama kali tahu tentang keberadaan Banda Neira adalah orang-orang Eropa. Beberapa dari mereka sempat datagn untuk melakukan transaksi jual beli rempah saja, bukan untuk menjajah. Beda dengan Belanda yang datang karena berniat menguasai wilayah itu. Sewaktu itu, mereka banyak membantu penduduk lokal dengan cara dibantu Inggris pada 1609. Meskipun awalnya mereka saling berseteru, pada akhirnya Belanda dan Inggris sama-sama ingin menguasai perdagangan dunia dengan cara menjajah Banda Neira.

Serangkaian perang anatara Inggris dan Belanda baru berakhir setelah ditandatanginya Traktat Breda pada 31 Juli 1667. Salah satu isi dari Traktat tersebut adalah Inggris harus pergi dari Pulau Run, Kepulauan Banda. Ahasil, pulau tersebut pun jatuh ke tangan Belanda. Sebagai gantinya, pulau ini ditukar dengan koloni Belanda, yaitu Nieuw Amsterdam di Amerika Utara, yang diserahkan kepada Inggris. Kota itu kemudian berganti nama menjadi Manhattam. Sementara itu, Pulau Run saat ini berubah menjadi pulau yang berkembang sangat pelan seiring dengan redupnya eksistensi pala di dunia.

Sejarah Banda Neira Portugis Menduduki

Menjelang abad ke-16, buah pala yang menjadi hasil utama Kepulauan Banda merupakan komoditi dunia yang dibutuhkan masyarakat Eropa. Ada seorang penjelajah Portugis, namanya Laksamana Alfonso de Albuquerque yang berupaya menemukan kepulauan rempah-rempah. Singkat cerita, ia mendapat informasi bahwa di Malaka terdapat banyak rempah-rempah. Akhirnya, ia bertolak ke Asia dan pada tahun 1511 berhasil menalukkan Malaka. Pada saat itu, pelaut dan pedagang Banda Neira juga telah memiliki pemukiman di Malaka. Setelah menduduki Malaka kurang lebih 3 bulan, pada November 1511 Albuquerque mengirimkan dua kapal layarnya untuk menemukan kepulauan Banda yang kaya akan buah pala.

Rombongan pertama orang-orang Portugis bermukim sekitar satu bulan. Orang-orang Portugis membeli semua hasil bumi di Banda Neira dengan harga yang sangat murah, yang bila dijual langsung ke Eropa keuntungannya bisa mencapai 1000 persen. Sejarah mencatat bahwa bangsa Portugis berada di kepulauan Banda selama 87 tahun. Namun, tidak banyak catatan soal mereka karena Portugis tidak menjadikan Banda Neira sebagai pusat aktivitas di Maluku.

Sejarah Banda Neira Belanda Menduduki

Sejarah rinci tentang kepulauan Banda dan penduduknya tercatat sejak 1599 ketika para pelaut Belanda tiba di sana, yang disusul kemudian oleh pelaut Inggris pada tahun 1602. Belanda berhasil menaklukkan pulau Ai pada 1615. Lalu selang waktu setahun, penguasa Pulau Run, pulau tetangga Ai menyerahkan secara resmi kekuasaannya kepada Inggris pada Desember 1616. Inggris kemudian membangun benteng pertahanan di Naizeelaka dan sebelah Utara Pulau Run. Belanda dengan VOCnya tentu tidak membiarkan Inggris menguasai Pulau Run.

Oleh karena itu bebagai upaya dilakukan, hingga tercapai perjanjian Breda tahun 1667 antara Inggris dengan Belanda. Perjanjian tersebut menyatakan bahwa pulau Run diserahkan kepada Belanda dan sebuah pulau jajahan Belanda di pantai Timur Amerika yaitu Nieuw Amsterdam (sekarang Manhattan-New York) diserahkan kepada Inggris. Perjanjian ini tidak diketahui oleh pribumi Pulau Run di Banda Neira. Namun, sejak saat itu sampai dengan tahun 1942, Kepulauan Banda sepenuhnya berada dalam kekuasaan Belanda.

Baca Juga: Museum Tsunami Aceh-Wisata Edukasi Untuk Menambah Ilmu

Sejarah Banda Neira Menjadi Destinasi Liburan

Banda Neira adalah bekas pusat perdagangan miliki Belanda karena Kepulauan Banda terkenal dengan rempah-rempahnya. Tempat ini menjadi saksi bisu pembantaian penduduk asli oleh Belanda demi mendapatkan rempah-rempahnya. Maka dari itu, tempat ini adalah destinasi menarik di Indonesia untuk dikunjungu apabila ingin menikmati wisata bersejarah. Berikut beberapa destinasi wisata di Banda Neira yang menarik untuk dikunjungi.

1. Benteng Belgica

1.-Benteng-Belgica

Benteng bersejarah ini dibangun oleh Portugis yang lalu dilanjutkan Belanda karena perpindahan kekuasaan. Tujuan utama dibuatnya benteng ini adalah untuk melindungi Belanda dari serangan masyarakat asli Banda yang tidak mampu menyetuji monopoli perdagangan rempah-rempah dari VOC. Tempat ini menunjukkan terjadinya peristiwa penjajah semasa Belanda yang memakan masyarakat asli sebagai korbannya. Tentu saja di sini kita dapat melihat sisa-sisa perjuangan Indonesia melawan Belanda.

2. Gereja Tua

2.-Gereja-Tua

Gereja ini sebenarnya berumur berabad abad namun sempat mengalami gempa bumi dahsyat hingga menghancurkan keseluruhan bangunan. Sehingga, gereja tua ini dibangun kembali pada tahun 1852 yang digunakan sebagai tempat beribadah Belanda. Lokasi ini bertempat di daerah taman yang berada di dekat Benteng Nassau. Suasana klasik dari bangunan ini akan membawa kita kembali ke masa penjajahan Belanda.

3. Rumah Budaya Banda Neira

3.-Rumah-Budaya-Banda-Neira

Di tempat ini kamu dapat belajar mengenai sejarah dari Banda Neira dengan suasana bangunan Belanda. Barang-barang bersejarah mengenai Banda Neira juga ditaruh di tempat ini untuk mengingatkan mengenai usaha masyarakat mempertahankan wilayahnya. Di dalam rumah budaya terdapat lonceng bernama Spice Eaves yang digunakan untuk mengingatkan pekerja yaitu warga asli Indonesia bahwa sudah waktunya memulai atau berhenti bekerja.

4. Istana Mini

4.-Istana-Mini (1)

Ternyara, tempat ini pernah ditinggali oleh Gubernur Jenderal VOC yaitu Jan Pieter Coen sehingga menyimpan banyak peninggalan penjajah Belanda. Di sini tedapat goresan kaca pesan pembantu rumah tangga yang berasal dari Perancis yang bunuh diri setelah menuliskan pesannya.

5. Rumah Pengasingan Bung Hatta Dan Sutan Sjahrir

5.-Rumah-Pengasingan-Bung-Hatta-Dan-Sutan-Sjahrir

Rumah pengasingan Bung Hatta digunakan sebagai tempat mengajar beliau selama masa pengasingan. Terdapat barang-barang beliau yang disimpan rapi di tempat tersebut, sehingga dapat melihat bagaimana seorang mantan wakil presiden semasa hidupnya di pengasingan. Tidak beda jauh dengan rumah pengasingan Bung Hatta, Sutan Sjahrir menyimpan catatan semasa hidupnya di kamarnya. Selain itu, di sini juga terdapat mesin tik model lama.

Itulah sejarah panjang dari pulau Banda Neira. Semoga informasi storyups.com ini bermanfaat bagi anda.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *