Raden Ajeng Kartini – Sejarah Perjuangannya Untuk Perempuan Indonesia!!

Raden Ajeng Kartini merupakan penulis dan pendidik bangsa Jawa, setelah menikah sebutan namanya adalah Raden Ayu Kartini. Dikenal sebagai Pelopor kebangkitan perempuan di Jawa.

Raden-Ajeng-Kartini-Sejarah-Perjuangannya-Untuk-Perempuan-Indonesia!!

Kartini dilahirkan dalam keluarga kelas berdarah biru di pulau Jawa yang saat itu merupakan sebahagian dari jajahan Hindia Belanda. Ayahnya bernama Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara dan ibunya bernama Ngasirah adalah anak perempuan dari Madirono (istri pertama) dan guru agama di Telukawur.

Biografi Raden Ajeng Kartini

R.A adalah anak ke 5 dari 11 bersaudara. Ia Berbeda dengan kebanyakan anak pribumi saat itu, dirinya berkesempatan untuk sekolah di ELS atau Europeesche Lagere School. Ini adalah sekolah yang hanya untuk orang Belanda dan orang Jawa yang kaya. Kartini belajar bahasa Belanda selama di ELS. Sayangnya, Kartini hanya bersekolah sampai usia 12 tahun, disebabkan sudah memasuki masa pingitan (7 hari sebelum pernikahan). Merupakan tradisi jawa pada masa itu.

R.A Kartini bisa membaca dan menulis bahasa Belanda, karena belajar bahasa Belanda di ESL, Selama masa pingit, ia belajar sendiri dengan membuat dan berkirim surat dengan teman-temannya yang asli Belanda, salah satu temannya adalah Rosa Abendanon. Dirinya juga membaca banyak buku, seperti surat kabar, dan majalah Eropa. Istilah buku adalah jendela dunia, Kartini jadi tahu cara bagaimana berpikir perempuan Eropa yang lebih maju dan bebas dibandingkan perempuan Indonesia saat itu. Dari banyaknya buku, majalah dan surat kabar, yang bacanya, membuatnya berpikir untuk memajukan perempuan pribumi. Karena di zaman itu, perempuan pribumi tertinggal jauh dan memiliki status yang rendah. Menurutnya, perempuan pribumi harus mendapatkan persamaan, kesetaraan, dan kebebasan.

Meskipun saat itu Kartini tidak bisa melakukan banyak hal. Ia menuliskan gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi perempuan, seperti ketidak bebasan dalam menuntut ilmu dan adat istiada yang mengekang. Ini adalah satu bentuk perjuangannya terhadap hak perempuan. Tahun 1903 R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang saat itu menjadi Bupati Rembang, gelar Ajeng di namanya pun berganti menjadi Ayu karena ia sudah menikah. Kartini tetap ingin melanjutkan cita-citanya untuk memperjuangkan kesetaraan perempuan di Indonesia dan menjadi guru. Suami Kartini mendukung hal tersebut dan memberi kebebasan terhadap cita-citanya. Salah satu bentuk dari dukungan suaminya adalah dengan mendirikan sebuah sekolah wanita di timur pintu gerbang perkantoran Rembang.

Penghargaan Untuk Raden Ajeng Kartini

R.A Kartini di karuniai seorang anak laki-laki setahun setelah pernikahan yang di beri nama Soesalit Djojoadhiningrat lahir pada 13 September 1904. Namun sangat di sayangkan 4 hari setelah melahirkan ia menghembuskan nafas terakhirnya di usia ke 25 tahun. Setelah R.A Kartini meninggal, Mr. JH Abendanon yang merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia-Belanda pada saat itu mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang dikirimkan Kartini ke teman-temannya di Belanda. Lalu buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan menuju Cahaya. Diterbitkannya buku tersebut berdampak positif dan mengubah cara berpikir masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi khususnya Jawa.

Pada tanggal 2 Mei 1964, Keputusan Presiden No 108 tahun 1964 yang di keluarkan oleh Ir.Soekarno berisi tentang “ketetapan bahwa Kartini adalah Pahlawan Kemerdekaan Nasional”. Soekarno juga menetapkan bahwa tanggal 21 April sebagai hari Kartini yang kita peringati setiap tahunnya sampai sekarang. Pemikiran Kartini juga menginspirasi terciptanya lagu Ibu Kita Kartini diciptakan oleh W.R Supratman.

Baca Juga: Sejarah Banda Neira – Keindahan Alam Indonesia Di Bagian Timur

Sikap Yang Patut Dicontoh

Kartini adalah sosok yang gigih dalam memperjuangkan emansipasi perempuan, sehingga ia sangat berjasa dan menjadi salah satu pahlawan Nasional, jasanya ini bisa kita contoh di kehidupan sehari-hari khususnya perempuan Indonesia. Apa saja sikapnya? Yuk simak:

  • Berwawasan Luas: Berhenti pada usia 15 tahun dan menikah muda tidak menjadi penghambat untuk mempelajari hal baru, dan memperkaya wawasan.
  • Pantang Menyerah: Disekolah dulu kartini di pandang sebelah mata dan di anggap remeh oleh guru-guru Belanda, namun dirinya tidak menyerah dan terus belajar.
  • Patuh & Taat kepada Orang Tua: Memiliki pandangan yang berbeda dengan orang tuanya, tentang pendapatnya mengenai hak-hak perempuan. Walaupun ia berbeda pendapat namun Kartini tetap patuh kepada orang tuanya untuk menikah dengan sang suami.
  • Berani: Sikap beraninya dalam mendobrak pandangan masyarakat di masa itu, yang pada akhirnya membuahkan hasil seperti sekarang, wajib kita contoh.
  • Berjiwa Sosial Tinggi: Kartini senang untuk berbagi ilmu dengan yang lainnya meskipun ia memiliki status yang berbeda kala itu, namun ia tidak menjadikan status sosial sebagai alasan untuk berbagi pengetahuan.
  • Mandiri: Konteks ini bisa kita ambil di saat Kartini sedang dipingit. Dirinya tetap mencari cara agar pemikiran dan pandangannya dapat tersampaikan ke masyarakat .
  • Mencintai Indonesia: Ia memanfaatkan posisinya yang saat itu adalah seorang bangsawan untuk menjadikan perempuan di Indonesia memiliki pendidikan berwawasan agar perempuan pribumi tidak tertinggal.

Emansipasi Wanita

Emansipasi-Wanita

Emansipasi merupakan pembebasan dari perbudakan yang berkaitan dengan hak dalam berbagai aspek kehidupan yang ada di masyarakat. Sedangkan Emansipasi Wanita merupakan sebuah proses pelepasan diri para wanita. Dari pengekangan dalam hukum yang membatasi wanita untuk berkembang dan maju di segala bidang. Emansipasi bertujuan untuk menuntut persamaan hak-hak terhadap kaum wanita ataupun kaum pria. Memberi hak wanita dalam menuntut ilmu, bekerja dan berkarya sesuai dengan kemampuannya seperti pria. Gerakan perempuan ini tercipta berdasarkan anggapan dan fakta yang ada. Bahwa perempuan hampir mengalami ketertinggalan di segala sektor kehidupan, mulai dari pendidikan yakni banyaknya wanita yang buta huruf, kemiskinan, serta ketidak mampuannya dalam berperan secara aktif di lingkungan publik. Emansipasi wanita adalah salah satu titik terang dan merupakan jalan untuk mencapai cita-cita hidup setara antara perempuan maupun laki-laki melalui gerakan memperjuangkan keadilan perempuan.

Pemikiran Raden Ajeng Kartini

Surat yang di tulis Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika berkeinginan menjadi  perempuan yang lebih maju. Walaupun memiliki seorang ayah yang tergolong maju, tetap saja tujuan untuk ke sana terhalang. Kartini sangat mencintai sang ayah, walau ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut justru pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Dalam buku yang di tulis kartini pada akhir nya sang ayah pun menyetujui cita-cita Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda atau kedokteran di Betawi. Keinginnya ini di tuliskannya di surat, beberapa sahabat penanya menyetujui dan mendukung Kartini. Namun dirinya membatalkan cita-cita tersebut dan memilih beralih ke Betawi, hal ini membuat sahabatnya kecewa. Begini isi suratnya: “Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin”.

Perubahan pemikiran Kartini terhadap adat Jawa. Menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan. Di surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan Jawa dan sekolah bagi perempuan, namun juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *