|

Sejarah Suku Jawa – Mengorek Asal-Usul Budaya, Bahasa Dan Profesi

Sejarah Suku Jawa merupakan suku bangsa Austronesia terbesar yang ada di Indonesia asalnya dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Suku-Jawa---Mengorek-Sejarah,-Budaya,-Bahasa-Dan-Profesi

Mayoritas penduduk Jawa merupakan pemeluk agama Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Hindu, kejawen dan Buddha. Walaupun begitu, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi seribu tahun lebih interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha. Pengaruh ini sampai sekarang masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Suku Jawa.

Sejarah Suku Jawa

Pada Kebanyakan umum kelompok etnis di Indonesia yang lain, termasuk masyarakat Sunda. Masyarakat Jawa merupakan bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari Taiwan dan bermigrasi melewati Filipina untuk menuju pulau Jawa antara tahun 1500 SM. Tetapi, studi genetik yang terbaru mengatakan, masyarakat Jawa dan masyarakat Sunda serta Bali memiliki rasio yang hampir sama. Dalam penandaan genetik  antara genetik bangsa Austronesia dan Austroasiatik. Masyarakat Jawa merupakan perpaduan  orang Austroasiatik berbaur atau interbreeding dengan orang Austronesia yang telah datang.

Bahasa Austronesia di jadikan sebagai bahasa utama, setelah interaksi yang cukup lama dilakukan orang jawa dengan orang Austronesia. Sehingga mereka memiliki sekitar 30% gen Austronesia dan 60% gen Austroasiatik. Masyarakat Jawa memiliki genetik yang sangat kompleks, baik itu masyarakat pesisir maupun di daerah pegunungan. Bentuk wajah orang Jawa juga dominan dipengaruhi oleh Orang Austroasiatik yakni Seperti Orang Kamboja dan Vietnam bagian selatan. Bisa jadi masyarakat yang mendiami pulau Jawa awal mula mulai mengadopsi Bahasa Austronesia adalah utnuk menyesuaikan diri di dalam globalisasi, perdagangan maupun pertukaran budaya dan teknologi di zaman itu,  kemungkinan para penutur Bahasa Austronesia saat itu memiliki pengaruh yang sangat besar.

Bahasa Suku Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Jawa di wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa. Dikenal sebagai bahasa yang mempunyai jumlah besar kata serapan dari bahasa Sanskerta, terutama ditemukan dalam sastra Jawa. Hal ini disebabkan sejarah panjang pengaruh Hindu dan Buddha di Jawa. Suku bangsa Jawa rata-rata menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Hanya 28% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, dan 22% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, selebihnya mayoritas menggunakan bahasa Jawa saja.

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata ataupun intonasi berdasarkan lawan bicara, atau dikenal sebagai unggah-ungguh. Aspek ini memiliki pengaruh sosial yang kuat di dalam budaya Jawa, serta membuat orang Jawa sangat sadar akan status sosialnya yang ada di masyarakat. Pada abad ke 15 hingga pertengahan abad ke 20, bahasa Jawa aktif ditulis menggunakan aksara Jawa dalam sastra ataupun tulisan sehari-hari. Sebelum fungsinya berevolusi dan perlahan berganti menjadi huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Baca Juga: Raden Ajeng Kartini – Sejarah Perjuangannya Untuk Perempuan Indonesia!!

Kepercayaan Suku Jawa

Kepercayaan-Suku-Jawa

Kebanyakan orang Jawa menganut agama Islam sekitar 96%. Masyarakat Muslim di Jawa umumnya dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri mengamalkan ajaran islam sesuai dengan syariat yang ada, sedangkan kaum abangan walaupun menganut Islam dalam praktiknya masih terpengaruh Kejawen yang kuat. Orang Jawa juga ada yang menganut agama Kristen sekitar 3% protestan dan khatolik. Sekitar 1% orang Jawa lainnya juga menganut agama Buddha, Hindu, maupun kepercayaan suku Jawa yang disebut dengan Kejawen.

Sejarah Suku Jawa Dalam Profesi

Mayoritas penduduk Jawa berprofesi sebagai petani. Dan di bagian perkotaan masyarakat jawa berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dokter, guru dan lainnya. Di DKI Jakarta, jumlah orang Jawa mencapai 40% di tahun 2015 dari penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini bisa dilihat dari jumlah mudik lebaran yang paling banyak dari Jakarta menuju ke Jawa Tengah. Berikut detail pekerjaan orang jawa:

Petani

Secara Tradisional masyarakat jawa adalah seorang petani, di jawa pertanian sangat umum karena tanah di sana yang subur (tanah vulkanik) komoditas pertanian yang paling penting adalah beras, di tahun 1997 jawa bisa mencapai penghasilan sebanyak 55% dari total hasil panen yang ada di Indonesia. Ada beberapa petani yang bekerja di sawah skala yang kecil.

Pedagang & Pelaut

Para pedagang dan pelaut Jawa sudah sering melakukan pelayaran di lautan India dan Tiongkok pada abad ke 1 awal Kapal Borobudur dari dinasti Sailendra Jawa. Membawa pelaut dan pemukim Nusantara ke Madagaskar dan Afrika Barat di abad ke 8. Namun ada kemungkinan kalau mereka sudah berada di sana pada awal 500 Sebelum Masehi. Champa diserang oleh kapal-kapal Jawa atau kapal Kunlun di tahun 774 dan 787. Tahun 774 sebuah serangan diluncurkan ke Po-Nagar di Nha-trang, saat itu para perompak menghancurkan kuil-kuil, sedangkan di tahun 787 sebuah serangan diluncurkan ke Phang-rang. Membuat sebagian kota pesisir Champa mengalami serangan angkatan laut dan serangan dari Jawa. Armada Jawa disebut sebagai angkatan laut dari jawa atau Javabala sanghair navagataih yang tercatat dalam prasasti Champa.

Dimasa kependudukan Majapahit, hampir semua komoditas dari Asia ditemukan di Jawa. Ini dikarenakan perdagangan laut ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit. Yang saat itu menggunakan banyak jenis kapal, paling utama adalah jong di gunakan untuk berdagang ke tempat yang jauh. Di awal abad ke 16 orang eropa menyebutkan tempat dan rute yang dikunjungi peda gang Jawa, di antaranya yaitu Maluku, Timor, Banda, Sumatra, Melaka, Cina, Tenasserim, Pegu, Benggala, Pulicat, Koromandel, Malabar, Cambay atau Khambat, dan Aden. Dari catatan lainnya dapat diketahui bahwa ada juga yang pergi ke Maladewa, Calicut atau Kozhikode), Oman, Aden, dan Laut Merah. penerjemah Cheng Ho yakni Ma Huan yang mengunjungi Jawa pada tahun 1413, mengclaim bahwa pelabuhan di Jawa memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lengkap dari pada pelabuhan lain yang ada di Asia Tenggara.

Pembuat Kain Batik

Pembuat-Kain-Batik

Awalnya kain batik tradisional di buat oleh perempuan-perempuan jawa sebagai hobi, namun di beberapa kota di jawa terdapat beberapa profesional spesialis dalam pembuatan batik contohnya di daerah Kauman, kampung Taman, Laweyan, Pekalongan.

Pembuat Kayu Ukiran

Seni dalam ukir kayu secara tradisional diterapkan pada berbagai atribut budaya seperti patung, wayang, dan topeng. Ukiran kayu juga menonjol sebagai ornamen dan detail rumah. Salah satu contoh yakni Omah Kudus yang diukir dengan rumit ini merupakan salah satu bukti penguasaan ukiran kayu di Jawa. Pusat lokakarya ukiran kayu Jawa paling terkenal yaitu di Kota Jepara Jawa. Di sini para seniman dan tukang kayu secara khusus mengolah kayu jati asli Jawa.

Budaya Jawa

merupakan budaya yang berasal dari masyarakat pulau Jawa lalu dianut oleh masyarakat Jawa terutama di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Secara garis besar budaya jawa dapat dibagi menjadi 3 yakni:

  • Budaya Jawa Kulonan meliputi wilayah Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah Barat
  • Budaya Jawa Tengah (Timur) meliputi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
  • Budaya Jawa Timur

Budaya Jawa sangat mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari dan juga  menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Di luar negeri bahkan banyak yang minat terhadap budaya jawa seperti contoh Batik, Wayang kulit, gamelan dan Kebaya.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *