Pura Lempuyang, Gerbang Menuju Kedamaian di Atas Awan Bali
Pura Lempuyang merupakan salah satu pura tertua dan paling suci di Pulau Bali, terletak di Kabupaten Karangasem, Bali Timur.
Keberadaan Pura Lempuyang dipercaya sudah ada sejak zaman prasejarah, bahkan sebelum masuknya pengaruh Hindu dari India.
Nama “Lempuyang” berasal dari kata lempu yang berarti cahaya dan hyang yang berarti Tuhan, sehingga secara filosofis dimaknai sebagai tempat bersemayamnya cahaya suci Tuhan.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Archipelago Indonesia.
Keindahan Alam yang Menyatu
Pura Lempuyang terletak di ketinggian sekitar 1.175 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu tempat ibadah tertinggi di Bali.
Dari kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan Gunung Agung yang megah, terutama saat cuaca cerah.
Kabut tipis yang sering menyelimuti kawasan ini menciptakan suasana magis dan menenangkan, seolah berada di antara langit dan bumi.
Lingkungan sekitar pura masih sangat alami, dengan hutan tropis yang rimbun dan udara yang sejuk. Suara burung, desir angin, serta aroma dedaunan basah menghadirkan ketenangan yang sulit ditemukan di kawasan wisata lain yang lebih ramai.
Inilah yang membuat Pura Lempuyang sering disebut sebagai “gerbang menuju kedamaian di atas awan.” Keindahan alam ini bukan hanya menjadi latar visual, tetapi juga bagian dari pengalaman spiritual yang mendalam bagi setiap pengunjung.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Perjalanan Spiritual Melalui Tujuh Pura
Perjalanan menuju puncak Pura Lempuyang tidaklah mudah. Untuk mencapai pura tertinggi, pengunjung harus menaiki ribuan anak tangga yang melewati tujuh pura utama.
Yakni Pura Penataran Agung Lempuyang, Pura Telaga Mas, Pura Telaga Wangsa, Pura Lempuyang Madya, Pura Puncak Bisbis, Pura Pasar Agung, dan Pura Lempuyang Luhur. Setiap pura memiliki fungsi spiritual tersendiri dan menjadi tahapan penyucian diri secara simbolis.
Perjalanan ini sering dimaknai sebagai proses pengendalian diri dan penguatan batin. Semakin tinggi seseorang mendaki, semakin besar pula tantangan fisik yang dihadapi, sejalan dengan proses pendewasaan spiritual.
Banyak umat Hindu yang melakukan perjalanan ini sebagai bentuk tirtha yatra atau perjalanan suci untuk mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Tidak sedikit pula wisatawan yang merasakan ketenangan batin meskipun datang tanpa latar belakang spiritual tertentu.
Baca Juga:
Daya Tarik Pura Lempuyang
Salah satu bagian paling terkenal dari Pura Lempuyang adalah Candi Bentar atau yang sering disebut sebagai “Gerbang Surga”.
Gerbang ini menjadi ikon populer karena latar belakang Gunung Agung yang terlihat megah di antara kedua sisi gerbang.
Banyak pengunjung mengabadikan momen di tempat ini sebagai simbol keseimbangan antara dunia manusia dan alam semesta.
Namun, penting untuk dipahami bahwa Pura Lempuyang bukan sekadar tempat berfoto. Bagi masyarakat Hindu Bali, kawasan ini merupakan tempat suci yang harus dihormati.
Oleh karena itu, setiap pengunjung diwajibkan mengenakan pakaian sopan dan kain kamen serta selendang sebagai bentuk penghormatan.
Selain menjadi destinasi wisata, Pura Lempuyang juga sering digunakan sebagai tempat melukat atau ritual penyucian diri.
Banyak orang datang untuk mencari ketenangan batin, memohon keselamatan, serta memperbaiki hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.
