Suku Sasak Lombok, Sejarah Hingga Kebudayaannya
Suku Sasak memiliki kebudayaan yang sangat unik, terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat pulau ini di tempati oleh suku asli Lombok.
Sejarah Suku Sasak
Terdapat banyak teori yang mengungkapkan sejarah suku Sasak di Lombok. Salah satunya orang Sasak berasal dari Jawa yang dapat terlihat dari kemiripan tulisan aksaranya dan campuran orang sasak asli itu sendiri. Sejarah lain bermula saat Pulau Lombok berada dalam kekuasaan Majapahit dan Maha Patih Gajah Mada dikirim ke Lombok sebelum abad ke-16. Di akhir abad ke 16 sampai abad 17, Lombok mendapat pengaruh Jawa dan agam Islam lewat dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri.
Selanjutnya Lombok ditaklukkan Kerajaan Gelgel Bali di awal abad ke-18 yang terlihat dari komunitas Hindu Bali yang banyak menetap di daerah Mataram dan Lombok Barat dan terdapat beberapa pura yang besar. Akhirnya Lombok terlepas dari dari pengaruh Kerajaan Gelgel karena pengusiran yang dilakukan Kerajaan Selaparang dari Lombok Timur dengan bantuan kerajaan yang ada di Sumbawa.
Suku sasak sendiri memiliki kepercayaan lama yaitu Sasak Boda sebelum agama atau kepercayaan Islam yang menjadi mayoritas kepercayaan masyarakat Suku Sasak setempat. Populasi Suku Sasak berjumlah kurang lebih sebelas ribu jiwa saat ini. Dilihat dari sejarahnya, Suku Sasak berasal dari gabungan Pulau Jawa, Pulau Bali, Makassar dan Sumbawa yang membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan Suku Sasak yang ada di wilayah Lombok.
Asal Usul Suku Sasak
Suku Sasak diyakini sudah menempati Pulau Lombok sejak 4000 tahun sebelum Masehi. Ada pendapat yang menyatakan bahwa Suku Sasak merupakan pencampuran dari penghuni asli Pulau Lombok dengan Suku Jawa yang datang ke pulau tersebut. Adapun Suku Jawa tersebut merupakan warga dari kerajaan Mataram Kuno yang datang ke sana. Nama “Sasak” pada suku ini memiliki banyak arti. Nama tersebut pertama kali ditemukan pada Prasasti Pujungan yang ditemukan di Tabanan, Bali, pada abad ke-11. Ada yang menduga jika nama “Sasak” berasal dari kata sak-sak yang berarti “sampan”.
Adapun leluhur mempercayai bahwa suku sasak berasal dari Jaw dengan melihat kemiripan aksara yang digunakan. Pendapat lain juga menyebutkan bahwa nama Sasak berasal dari kata ‘sak-sak’ yang berarti sampan. Hal ini dipercaya terkait dengan kedatangan nenek moyang Suku Sasak ke Pulau Lombok dengan penggunaan sampan
Ciri-ciri Tradisi Suku Sasak Lombok
Terlihat dari cara hidup hingga hasil budaya yang dapat terlihat pada masyarakat Suku Sasak hingga zaman sekarang. Diantaranya yaitu masyarakatnya berkomunikasi menggunakan Bahasa Sasak sebagai bahasa daerah dalam kesehariannya. Berikut di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tradisi Peresean
Peresean adalah tradisi adu tangkas yang berasal dari Pulau Lombok. Tradisi pertarungan yang melibatkan dua orang laki-laki ini masih dilestarikan keberadaannya oleh warga Desa Adat Sasak Ende. Ini bukanlah pertarungan yang sembarangan. Warga setempar meyakini tradisi ini memiliki nilai patriotisme yang sangat mendalam karena berkaitan dengan sejarah.
2. Bau Nyale
Bau Nyale merupakan tradisi dengan cara berbondong-bondong menuju laut untuk mencari nyale atau dikenal sebagai cacing laut. Artinya menangkap cacing laut atau dalam ilmiah sejenis Filumannelida. Tradisi ini sebagai simbol kemakmuran daerah Lombok dan tanda keberkahan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah menjadi festival perayaan yang sangat ditunggu warga Lombok.Kegiatan ini diselenggarakan di kawasan Pantai Seger, Pantai Tanjung A’an, Pantai Kute serta Pantai Mulok atau Pantai Pondok Dende. Pelaksanaan tradisi ini setiap tanggal 20 bulan 10 sesuai penanggalan Suku Sasak.
3. Kawin Culik Atau Merarik
Tradisi selanjutnya tentang pernikahan yang unik, yakni Menarik atau Kawin Lari. Tradisi ini berlangsung dengan calon pengantin pria yang menculik calon pengantin wanita sekitar tiga hari ke lokasi tertentu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Selanjutnya, orang tua calon pengantin wanita akan melakukan penebusan anaknya yang diculik. Kemudian, mereka melanjutkan musyawarah tentang pernikahan keduanya. Filosofi tentang tradisi ini adalah nilai silahturahmi antara kedua calon pengantin.
4. Gendang Beleq
Tradisi ini jenisnya alat musik tradisional. Gendang Beleq menjadi budaya yang terus terjaga dan lestari sampai sekarang. Adanya Gendang Baleq bisa memicu solidaritas sosial.
5. Upacara Rebo Bontong
Ritual masyarakat Pringgabaya yang pelaksanaannya hanya sekali dalam setahun. Filosofi upacara ini adalah untuk tolak bala bagi masyarakat Pringgabaya. Mereka berkeyakinan bahwa sejak malam Rabu sampai hari Rabu di minggu terakhir bulan safar, Tuhan akan mengirimkan berbagai musibah dan bala.
Baca Juga: Mengenal Suku Gayo Di Aceh, Sejarah, Bahasa Dan Rumah Adat
Bahasa Dan Adat Istiadat Suku Sasak
Mereka memiliki bahasa daerah sendiri yang disebut sebagai bahasa Sasak. Bahasanya hampir sama dengan bahasa Sumbawa dan Bali, 2 pulau yang berada di sisi kanan dan kiri pulau Lombok. Seperti dalam bahasa Jawa, bahasa sasak juga memiliki tingkatan bahasa formal dan non formal atau lebih sering disebut bahasa halus untuk penuturan formal, dan bahasa kasar untuk penuturan sehari-hari. Penggunaannya ditentukan oleh siapa lawan bicara yang sedang dihadapi. Meski tidak diakui dan berstatus resmi, bahasa Sasak masih digunakan oleh masyarakat, terutama warga yang tinggal di kawasan pedesaan di Pulau Lombok. Untuk bahasa di lingkungan pendidik, perkantoran, dan antar etnis menggunakan bahasa Indonesia.
Keunikan dalam kegiatan sosial dari masyarakat salah satunya pada acara pernikahan. Biasanya mereka menikah dengan orang yang berasal dari desa yang sama. Kebiasaan ini dilatarbelakangi kepercayaan apabila seorang pria menikahi gadis dari desa lain, maka harus membayarkan semacam mahar berupa beberapa ekor kerbau dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kepercayaan Suku Sasak
Mayoritas masyarakat memeluk agama Islam. Selain itu, ada juga yang menganut agama Hindu, Budha, dan Animisme. Penduduk minoritas lainnya ada menganut kepercayaan kuno sebelum masuknya agama Islam, yaitu Boda. Kemudian sekitar 1% masyarakat Sasak menganut kepercayaan Islam yang agak berbeda, yaitu Wetu Telu. Wetu Telu adalah kepercayaan dimana penganutnya hanya menjalankan 3 rukun Islam. Namun ketiga rukun Islam yang berupa membaca 2 kalimat syahadat, salat dan puasa ini hanya dijalankan oleh pemimpin agamanya. Kyai selaku pemimpin agama adalah sosok yang menghubungkan penganut Wetu Telu dengan Sang Maha Kuasa.
Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada beberapa benda, roh suci dan nenek moyang. Kepercayaan ini hampir sama dengan suku Jawa yang masih menjalankan kepercayaan Kejawen bersamaan dengan agama yang dianut. Konon kepercayaan Wetu Telu terlahir karena para penyebar Islam di masa lampau berusaha memperkenalkan Islam secara bertahap kepada suku Sasak.
Selain menjalankan 3 rukun Islam, kesamaan lainnya dengan agama Islam yang umum dianut masyarakat Indonesia adalah doa-doa menggunakan bagasa Arab yang berasal dari Al-Qur’an. Para kyai juga berperan sebagai imam. Penganut Wetu Telu juga mempunyai masjid yang menjadi bagian penting dalam kepercayaan mereka.
Itulah informasi tentang Suku Sasak, yang dimulai dari sejarah hiingga kepercayaan yang mereka ikutin storyups.com.