Tari Bantengan – Kesenian Tradisional Khas Jawa Timur
Tari Bantengan adalah pengembangan dari kesenian Kebo-keboan Ponoragan yang ada di Ponorogo. Seni Kebo-keboan dimaknai sebagai tolak bala dan penyelamat Raja Surakarta Paku Buwana II dari segala bentuk serangan pemberontak keraton.
Ponorogo bersebelahan dengan kota Madiun (Tawa timur) yang merupakan wilayah perguruan silat. Sehingga banyak pesilat yang datang untuk berkunjung ke Ponorogo sebagai kota Reog. Pesilat dari pegunungan yang ada disekitar Mojokerto, Malang dan Batu melihat kesenian Kebo-keboan tersebut, lalu mereka berinisatif. Dan membuat kesenian serupa tetapi menggunakan bentuk hewan Banteng yang mulai punah di Hutan sekitar Lereng Gunung. Tujuannya sebagai pengingat Bela Diri selain itu juga untuk menarik masyarakat mengikuti Bela Diri Pencak Silat.
Itu sebabnya, sebelum tahun 2000 Bentuk tanduk pada Bantengan selalu menyerupai atau menggunakan Tanduk Kerbau sama seperti yang terdapat pada seni kebo-keboan di Ponorogo. Kemudian setelah masuknya internet di pedesaan mulai menggunakan tanduk banteng. Namun sampai sekarang masih ada yang menggunkana tanduk Kerbau sebagai cikal Bakal seni bantengan.
Sejarah Bantengan
Awalnya jejak kesenian bantengan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singhasari yang didukung dengan adanya relief-relief di beberapa candi pernah menjadi pusat Kerajaan Singhasari. Pada zaman Kerajaan Singhasari, Bantengan mempunyai fungsi religius dan digunakan untuk upacara-upacara tertentu serta ritual adat. Mereka melakukan gerakan tari yang diambil dari gerakan Pencak Silat. Makanya dulu bentuk kesenian Bantengan pada Zaman Kerajaan Singhasari belum seperti sekarang. Selanjutnya selama masa kolonialisme Belanda, Seorang tokoh bernama Mbah Siran. Ia dikenal karena menciptakan topeng Bantengan menggunakan tanduk banteng di Kabupaten Mojokerto tepatnya Desa Claket, Kecamatan Pacet. Pada masa Orde Lama, kesenian tradisional Bantengan mulai menyebar ke berbagai daerah terutama wilayah pegunungan di Jawa Timur. Hingga sekarang kesenian tradisional Bantengan sudah berkembang di beberapa daerah di Jawa Timur.
Perkembangan Tari Bantengan
Perkembangan Tari Bantengan mayoritasnya ada pada masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan yang ada di Jawa Timur diantaranya yakni Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro. Bantengan adalah kesenian yang Biasanya dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan dan juga pemegang kepala bantengan. Satunya adalah Pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Kostum tari bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk kepala banteng. Biasanya terbuat dari kayu juga tanduk asli Kerbau atau banteng, ada juga yang terbuat dari kayu replika tanduk.
Tari Bantengan selalu diiringi oleh musik khas bantengan yang di mainkan oleh sekelompok orang dengan menggunakan alat musik berupa gong, kendang, dan lainnya. Kesenian ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, satu di bagian kepalanya (depan), dan satu lagi di bagian ekornya (belakang). Biasanya yang di bagian depan akan kesurupan, jadi orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya. Terkadang orang di bagian belakang juga kesurupan. Namun sangat jarang terjadi. Kesenian Tari bantengan dibantu agar kesurupan oleh seorang laki-laki yang biasanya memakai pakaian serba merah. Biasanya disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya di sebut Irengan. Kesenian Bantengan Biasanya selalu diiringi oleh macanan. kostum macanan ini terbuat dari kain yang diberi pewarna. Biasanya kuning belang oranye, yang dipakai oleh seorang lelaki. Biasanya macanan juga membantu bantengan kesurupan dan menahannya apabila kesurupannya sampai terlalu ganas. Terkadang macanan juga bisa kesurupan.
Baca Juga: Suku Madura – Mengenali Asal-Usul Leluhur Dan Pesebarannya
Aturan/Ritual Tari Bantengan
Sering sekali kita mendengar kata “ritual” dalam Bantengan, tetapi sebagian dari komunitas tari bantengan ini ada yang tidak menerapkan sebuah ritual. Mereka dalam bermain hanya melakukan yang sudah dianjurkan di agama ada dan aturan yang masih berlaku. Seperti salah satu contohnya adalah tidak menggunakan sesaji, penyembahan, atau ritual-ritual lainnya yang mungkin masih dilakukan oleh komunitas Bantengan lain. Mereka hanya menghaturkan doa kepada Sang Pencipta tidak lupa juga untuk melakukan kunjungan ke tempat-tempat para leluhur dan doa bersama serta perjalanan religi. Seni Tarian Bantengan bertujuan untuk mengumpulkan dan mempersatukan semua kalangan. Paling utama adalah anak-anak muda agar tidak main yang aneh-aneh. Tujuan ini tidak lepas juga dari sila ke-3 Pancasila yaitu Persatuan Indonesia dan filosofi dari Bantengan sendiri. Ritual yang di lakukan oleh beberapa Komunitas Bantengan yakni:
- Pertama ritual nyuguh atau sandingan.
- Kedua yaitu pementasan meliputi karak’an dan pementasan sampai terjadinya kesurupan atau ndadi.
- Ketiga yaitu nyuwuk dengan tujuan memulangkan arwah leluhur ketempat asalnya.
Untuk melaksanakan ketiga tahapan tersebut harus melengkapi berbagai kelengkapan/persyaratan:
- Busana Pencak Silat
- Busana Harimau/macanan/Bantengan/Pendekat dan Busana Pecut.
- Iringan musik kendang, ketipung, jidor, peking, saron, demung, gong, kempul dan kenong.
- Sinden lengkap dengan panjak.
- Sesaji berupa kelapa, pisang, ketan, nasi kabuli, rokok, bedak, telur, susur, ayam kampung, kaca, dan uang
Keunikan Tari Bantengan
Bantengan juga mengajarkan bagaimana cara untuk membela diri melalui pencak silat dan juga dari kesenian Bantengan kita bisa mendapat banyak saudara dan kenal banyak orang (dari komunitas). Karena bantengan di mainkan dengan cara menari dan musik juga mantra sehingga ada suasana magis. Pada pertunjukan ini akan ada peran banteng jantan dan banteng betina, Macan/harimau juga monyet. Keunikannya adalah ketika suana menjadi menegang yakni saat para pemain bantengan kesurupan. Atraksi lainnya adalah saat para pemain yang memperlihatkan kekuatan fisik tubuh mereka, pemain akan di cambuki tetapi tidak ada bekas luka sedikit pun.
Nilai Tari Bantengan
Dari segi ekonomi, kesehatan, sosial, ataupun agama, Tari Bantengan itu merangkap dalam semua aspek.
- Dari segi sosial: Bantengan dapat mempersatukan masyarakat yang berjiwa seni untuk mengikuti kesenian bantengan. Juga bisa mengenal satu sama lain dari komunitas bantengan lain dan mendapat teman atau saudara lebih banyak.
- Dari segi agama: Bantengan yang tak lepas dari doa-doa dan kegiatan yang biasanya ada dalam agama islam seperti contoh berdoa bersama, tahlil, yasin juga mengaji.
- Dari segi ekonomi: Bantengan memiliki dampak positif karena dapat dan mampu membantu perekonomian masyarakat. Karena apabila ada acara besar atau kecil maka akan ada pedagang yang berjualan sehingga masyarakat/penonton bantengan bisa sambil menikmati jajanan.
- Dari segi kesehatan: Bantengan juga menampilkan gerakan pencak silat yang bisa dijadikan sebagai olahraga.
Alat Atau Hiasan
Alat atau hiasan pernak-pernik perlengkapan Tarian Bantengan antara lain sebagai berikut:
- Tanduk bisa dari banteng, kerbau, sapi.
- Kepala banteng yang terbuat dari kayu
- Mahkota Bantengan yaitu sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas
- Klontong yaitu alat bunyi di leher
- Keranjang penjalin digunakan sebagai badan bantengan
- Gongseng kaki
- Keluhan yaitu tali sebagai pengendali bantengan
Dalam setiap pertunjukannya biasa disebut dengan gebyak Bantengan didukung beberapa perangkat yaitu:
- Dua orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar)
- Pemain Jidor, pengerawit, gamelan dan sinden. Minimal 1 orang pada setiap posisi
- Sesepuh yaitu orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng (pembuat kesurupan)
- Dhanyangan atau mengembalikan leluhur atau jin ke tempat asal
- Pamong dan pendekar pemimpin yaitu pemegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut atau cambuk
- Dua Macanan dan satu Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan.
Sekian informasi mengenai Tari Bantengan Khas Jawa timur. Semoga informasi ini membantu dan kita sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya kita melestarikan budaya bangsa yang sudah turun-temurun. Informasi lainnya bisa kamu lihat disini untuk selengkapnya tentang Suku Jawa