Adu Betis Bugis: Tradisi Uji Nyali Pemuda Sulsel yang Masih Hidup

Tradisi adu betis khas Sulsel ini jadi ajang uji nyali dan simbol harga diri, warisan budaya yang sarat keberanian dan makin langka.

Adu Betis Bugis: Tradisi Uji Nyali Pemuda Sulsel yang Masih Hidup

Di tengah gempuran budaya modern, masih ada tradisi yang menggambarkan keberanian dan kekuatan fisik lelaki Bugis. Salah satunya adalah Mallanca, sebuah adu betis khas Sulawesi Selatan yang menyimpan filosofi dalam. Berikut Archipelago Indonesia akan mengulas lebih lanjut tentang budaya dari Suku Bugis ini.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Asal-Usul Tradisi Mallanca di Sulawesi Selatan

Mallanca merupakan tradisi adu betis yang berasal dari budaya masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu, biasanya dilakukan oleh para pemuda untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian mereka di hadapan masyarakat. Dalam banyak cerita lisan, Mallanca digunakan sebagai bagian dari seleksi pemuda yang dianggap layak menjaga kampung atau ikut berperang.

Tradisi ini tidak muncul begitu saja. Ia tumbuh dalam budaya Bugis yang sangat menjunjung tinggi kehormatan, keberanian, dan kekuatan sebagai bentuk kesiapan hidup. Kata mallanca sendiri berarti “menendang dengan keras”, dan hal itu benar-benar diwujudkan dalam pertunjukan ini. Meskipun kelihatannya seperti aksi kekerasan, sebenarnya ini adalah simbol kehormatan.

Biasanya Mallanca dilakukan dalam acara-acara besar seperti penyambutan tamu penting, pesta panen, atau dalam kegiatan adat yang melibatkan seluruh warga. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tapi juga ritual yang menguji nyali dan harga diri pemuda Bugis di hadapan komunitasnya.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Filosofi di Balik Adu Betis

Mallanca bukan sekadar adu kekuatan fisik. Ada nilai luhur di balik rasa sakit yang harus ditahan oleh para peserta. Dalam budaya Bugis, lelaki sejati bukan hanya yang kuat tubuhnya, tapi juga mampu mengendalikan emosi, sabar, dan tak mudah menyerah. Mallanca menjadi uji karakter mereka yang bertahan tanpa mengeluh dianggap layak disebut sebagai “warani” atau pemberani.

Menendang dan ditendang pada bagian betis memang menyakitkan, tapi rasa malu karena mundur dianggap jauh lebih menyakitkan secara sosial. Maka dari itu, peserta Mallanca jarang sekali mengundurkan diri, kecuali jika memang tidak mampu lagi berdiri. Semua itu menjadi simbol bahwa kehormatan jauh lebih penting dari luka fisik.

Selain sebagai penguat identitas, Mallanca juga menjadi ajang pembuktian antar pemuda. Yang menang tidak selalu yang terkuat secara fisik, tapi yang paling tenang, sabar, dan mampu mengatur strategi saat gilirannya menyerang atau bertahan.

Baca Juga: Mekotek: Tradisi Unik Bali Lawan Bala dengan Tombak Kayu

Aturan dan Tata Cara Adu Betis

Aturan dan Tata Cara Adu Betis

Meski terlihat sederhana, Mallanca punya aturan yang cukup jelas. Dua orang berdiri saling berhadapan, lalu secara bergiliran menendang betis lawannya. Tendangan hanya boleh diarahkan ke betis bagian depan dan tidak boleh melibatkan bagian tubuh lainnya. Saat satu peserta menendang, lawannya wajib diam dan menerima tendangan tersebut tanpa menghindar.

Pertandingan biasanya berlangsung dalam beberapa ronde. Jika salah satu peserta tidak sanggup melanjutkan karena sakit, maka lawannya dianggap menang. Namun dalam praktiknya, Mallanca lebih mengutamakan keberanian daripada hasil akhir. Oleh karena itu, bahkan peserta yang kalah pun tetap mendapat hormat dari penonton jika mereka tetap berani berdiri sampai akhir.

Dalam acara resmi, biasanya ada sesepuh adat yang bertindak sebagai penengah atau “juri”. Mereka memastikan bahwa pertandingan berjalan adil dan tidak menyalahi norma adat. Semua dilakukan dengan semangat sportivitas dan hormat pada tradisi.

Momen Khusus Ketika Tradisi Ini Digelar

Mallanca tidak bisa dilakukan sembarangan. Biasanya, tradisi ini muncul dalam momen tertentu seperti pesta rakyat, upacara adat, atau perayaan hasil panen. Ini menjadi salah satu pertunjukan utama yang paling ditunggu-tunggu masyarakat, karena selalu membawa semangat dan hiburan tersendiri.

Beberapa desa di Sulawesi Selatan bahkan menyelenggarakan Mallanca sebagai rangkaian dari festival budaya tahunan. Meskipun jumlah pesertanya tidak banyak, tetapi antusiasme warga tetap tinggi. Ini membuktikan bahwa nilai budaya dalam Mallanca masih hidup, meskipun tidak seramai dahulu.

Perubahan dan Tantangan Dalam Melestarikan

Di era sekarang, Mallanca semakin jarang ditemukan. Banyak pemuda yang enggan terlibat karena takut cedera atau dianggap tidak lagi relevan dengan kehidupan modern. Hal ini wajar, mengingat Mallanca memang cukup ekstrem bagi mereka yang belum terbiasa dengan tradisi semacam ini.

Namun di sisi lain, ada upaya dari komunitas budaya lokal dan pemerintah daerah untuk menjaga eksistensinya. Beberapa festival budaya memasukkan Mallanca sebagai pertunjukan khusus, lengkap dengan narasi sejarah dan makna filosofisnya. Tujuannya bukan untuk mengglorifikasi kekerasan, tetapi untuk menunjukkan bagaimana keberanian, kehormatan, dan budaya bisa menyatu dalam satu tradisi.

Mallanca Dalam Perspektif Budaya Indonesia

Mallanca adalah salah satu dari sekian banyak tradisi uji nyali yang dimiliki Indonesia. Jika daerah lain punya tradisi lompat batu, pasola, atau debus, maka Sulawesi Selatan punya Mallanca sebagai simbol kekuatan pemuda. Uniknya, Mallanca tidak memakai senjata atau benda tajam. Semua dilakukan dengan tubuh, kesabaran, dan keberanian semata.

Dari sisi budaya, Mallanca menunjukkan bagaimana masyarakat Bugis menjunjung tinggi kehormatan, daya tahan, dan pengendalian diri. Tradisi ini tak hanya menghibur, tapi juga mendidik secara moral dan spiritual. Nilai-nilai seperti jujur, sportif, dan tangguh adalah warisan yang melekat kuat.

Ikuti terus Archipelago Indonesia untuk mendapatkan informasi seputar tradisi unik yang hanya ada di Indonesia.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari emmanus.com
  2. Gambar Kedua dari sukafakta.com

Similar Posts