Ali Bin Abi Thalib – Sejarah Dan Asul-Usul Khalifahan Keempat
Ali Bin Abi Thalib adalah sepupu sekaligus menantu dari nabi Muhammad dan penerusnya nabi sebagai Khalifah keempat yang memerintah negara Islam pertama Kekhalifahan Rasyidin dari tahun 656 hingga wafatnya pada tahun 661 M.
Lahir dari seorang ayah yang bernama Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan seorang ibu yang bernama Fatimah binti Asad, Ali muda dibesarkan dan didik oleh sepupunya, Muhammad, dan menjadi salah satu orang pertama yang menerima ajarannya nabi muhammad. Ali memainkan peran yang sangat penting di tahun-tahun awal Islam mulai menyebar ketika umat muslim dianiaya dengan kejam di kota makkah. Setelah melakukan hijrah ke Madinah pada tahun 622. Nabi muhammad menikahkan putrinya, Fatimah dengan Ali dan melakukan sebuah sumpah persaudaraan dengannya.
Sejarah Kehidupan Ali
Ali lahir di Makkah dari pasangan yang bernama Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan istrinya yang bernama Fatimah binti Asad pada tahun 600 M. Tanggal lahirnya sendiri kemungkinan 13 Rajab yang merupakan acara yang biasanya dirayakan umat muslim Syiah setiap tahun. Ali mungkin satu-satunya orang yang lahir di dalam Ka’bah yang terletak di Makkah. Ayah Ali merupakan salah satu tetua dan anggota terkemuka dari Banu Hasyim, sebuah klan yang ada dalam suku Quraisy Makkah. Ayah ali juga membesarkan keponakannya muhammad setelah orang tuanya tiada. Kemudian ketika ayah jatuh miskin Ali diasuh dan dibesarkan nabi Muhammad bersama istrinya Khadijah binti Khuwailid pada usia sekitar lima tahun.
Ketika ali berusia sekitar umur sepuluh atau sebelas tahun. Ali termasuk orang pertama yang menerima ajaran dari nabi Muhammad dan memeluk agama Islam. Ali masuk Islam setelah istri nabi muhammad Khadijah dan sahabat nabi, Abu Bakar. Meskipun urutan yang tepat masih diperdebatkan sampai saat ini. Selama dakwah nabi di Makkah yang berlangsung dari tahun 610 hingga 622. Ali dengan taat tetap mendukung komunitas kecil umat muslim, khususnya para masyarakat miskin. Sekitar tiga tahun setelah wahyu pertamanya turin ke nabi muhammad.
Nabi Muhammad mengumpulkan para kerabatnya untuk memberitahukan peringatan pertama, dan mulai mengundang mereka masuk Islam, serta meminta bantuan mereka untuk ikut serta dalam menegakkan fondasi agama islam. Ketika berusia sekitar empat belas tahun Ali adalah satu-satunya kerabat nabi di sana yang menawarkan dukungannya. Setelah itu nabi muhammad memberi tahu para tamunya bahwa Ali adalah saudaranya sekaligus penerusnya.
Baca Juga: Adam & Hawa – Kisah Perspektif Keagamaan Dalam Islam
Pernikahan Ali Dengan Fatimah
Pernikahan Ali dan Sayidah Fatimah termasuk sebagai salah satu peristiwa sejarah yang terjadi pada tahun kedua Hijriah, dimana komunitas umat muslim Syiah merayakan hari itu pada tanggal pertama Dzulhijjah. Menurut pendapat masyhur, mahar untuk melamar putri rasulullah Sayidah Zahra adalah sekitar lima ratus Dirham. Rasulullah saw yang telah menolak beberapa pelamar. Akhirnya memutuskan menerima lamaran dari Ali bin Abi Thalib dan menyebut pernikahan tersebut sebagai pernikahan dari sisi Allah dan atas kehendak Allah. Dan dijelaskan bahwa Allah lah yang menikahkan antara Fatimah dengan Ali as.
Sebagian kaum Muhajirin mengusulkan dan berkata kepada Ali Mengapa engkau tidak melamar Fatimah Sa. Ali menjawab demi Allah, aku tidak memiliki apapun bisa kutawarkan kepada fatimah. Mereka berkata kepada ali, bahwa Rasulullah saw tidak menghendaki apapun dari dirimu. Akhirnya Ali memberanikandiri dan menemui Rasulullah saw, namun ia pun tak dapat mengutarakan niatnya karena rasa malu yang menanggapi hatinya. Untuk ketiga kalinya, akhirnya ia memberanikan diri dan melamar Fatimah Sa. Rasulullah Saw bersabda, apakah kamu memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar wahai ali. yang kemudian di jawab Ali Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki sesuatu apapun yang bisa kujadikan mahar kecuali baju perangku. Akhirnya Rasulullah menikahkan Fatimah kepada ali dengan mahar 12,5 ons emas dan beliau juga mengembalikan baju perang tersebut kepada Ali. Sebagian kaum Muhajirin mengeluh kepada nabi muhammad namun beliau mengatakan. Saya tidak memberikan Fatimah kepada Ali tetapi Allah lah yang memberikannya untuk Ali.
Kepemimpinan Ali Khalifah ke Empat
Ali diangkat sebagai khalifah yang keempat dan penguasa tertinggi negara Islam. Setelah pendahulunya yaitu Utsman dibunuh oleh orang-orang pemberontak Mesir di tengah tuduhan nepotisme, ketidakadilan, dan korupsi yang pada saat tersebar luas. Ali dengan segera melakukan perubahan radikal setelah aksesinya di kota madinah. Kebijakannya yang sangat egaliter dalam memberinya dukungan dari kelompok-kelompok yang tidak mampu. Mengesampingkan suku Quraisy yang pada masa itu cukup kuat.
Beberapa di antara tokoh terkemuka Quraisy yang memberontak melawan Ali dengan dalih tujuan membalas dendam untuk Utsman pada saat di Pertempuran Jamal sekitar tahun 656 dan Pertempuran Siffin tahun 657. Pertempuran Siffin sendiri berakhir dengan sebuah perjanjian damai yang gagal dan beberapa pendukung Ali yang membelot dari ali kemudian mendirikan sebuah sekte bernama Khawarij. Sekte yang dianggap bertanggung jawab atas terjadinya pembunuhan kepada Ali pada tahun 661 saat ia sedang memimpin salat subuh. Bagi sebagian masyarakat kekhalifahan singkat Ali dicirikan oleh kejujurannya dan pengabdiannya yang teguh terhadap Islam. Perlakuannya yang setara kepada para pendukungnya, dan kemurahan hatinya terhadap musuh-musuh yang sebelumnya telah ia kalahkan.
Wafatnya Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh seorang Khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam pada tanggal 26 Januari 661 Saat sedang memimpin salat subuh di Masjid Agung Kufah. Ali, yang saat itu masih berumur 62 atau 63 tahun wafat karena luka-luka yang dialaminya. Dua hari setelah Ibnu Muljam memukul kepalanya dengan sebuah pedang yang dilapisi oleh racun mematikan, pada tanggal 21 atau 17 Ramadan 40 Hijriyah. Ali adalah khalifah ke empat, setelah Umar dan Utsman, yang wafat dengan cara dibunuh.
Ali menjadi khalifah setelah terbunuhnya sahabat nabi yang bernama Utsman Bin Affa pada tahun 656. Namun, dia menghadapi tentangan dari berbagai faksi termasuk Gubernur Syam sendiari, Muawiyah bin Abu Sufyan. Sebuah perang sipil terjadi yang disebut Fitnah Pertama. Terjadinya di negara Islam awal yang mengakibatkan terjadinya penggulingan Khalifah Rasyidin dan berdirinya sebuah dinasti Umayyah. Hal ini berawal ketika Khalifah Utsman bin Affan dibunuh dan wafat pada tahun 656. Kemudian dilanjutkan dengan pemerintahan Ali selama kurang lebih empat tahun. Setelah Ali setuju untuk melakukan arbitrase bersama Muawiyah bin Abu Sufyan pada saat Pertempuran Shiffin. Sebuah pemberontakan yang ditunjukan terhadap Ali yang juga dilakukan oleh beberapa anggota tentaranya. Kemudian juga dikenal sebagai Khawarij. Mereka membunuh beberapa pendukung setia Ali, tetapi mereka berhasil dihancurkan oleh pasukan Ali pada Pertempuran Nahrawan pada saat bulan Juli 658
Kesimpulan
Dari kisah Ali bin Abi Thalib kita dapat mengambil pelajaran mengajarkan bahwa kebohongan tidak hanya bisa merugikan diri kita sendiri tapi juga individu yang terlibat. Tetapi juga dapat membingungkan dan merusak keseluruhan masyarakat. Ini menggambarkan betapa pentingnya integritas dan sebuah kejujuran dalam membentuk hubungan antarmanusia dan saling menjaga keseimbangan sosial. Simak dan ikuti terus jika ingin mengetahui berbagai informasi seputar sejarah islami hanya dengan klik link berikut ini storyups.com