Desa Trunyan – Destinasi Wisata Keramat & Bersejarah Bali
Desa Trunyan adalah sebuah desa di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, yang memiliki tradisi pemakaman unik. Di desa ini, jenazah tidak dikubur atau dikremasi seperti biasanya, melainkan hanya diletakkan di bawah pohon Taru Menyan. Pohon ini memiliki kemampuan menghilangkan bau jenazah yang berada di sekitarnya.
Sejarah Desa Trunyan
Desa Trunyan memiliki sejarah yang menarik. Konon, desa ini bermula ketika seorang Raja Surakarta memiliki empat orang anak. Anak-anak tersebut mengendus bau harum yang berasal dari timur, dan akhirnya menemukan pohon Taru Menyan di Desa Trunyan. Desa ini juga terkenal dengan adat dan budaya yang eksotik, serta keindahan alamnya yang memesona. Desa Trunyan menawarkan pengalaman wisata yang unik dan berbeda.
Anda dapat mengunjungi pemakaman di desa ini, di mana jenazah-jenazah diletakkan begitu saja di area pemakaman tanpa dikubur atau ngaben terlebih dahulu. Anda juga akan melihat jenazah-jenazah yang berjejer rapi, tulang-belulang, dan barang-barang yang dibiarkan bersama jenazah tersebut. Yang menarik, area pemakaman di Desa Trunyan tidak menghasilkan aroma bangkai atau bau tak sedap. Selain itu, Desa Trunyan juga memiliki keunikan dalam tata adat pemakamannya.
Ada tiga jenis kuburan di desa ini, yaitu Seme Wayah, Seme Bantas, dan Seme Nguda. Seme Wayah adalah tempat kuburan untuk mereka yang meninggal secara wajar dan sudah berkeluarga. Seme Bantas adalah tempat kuburan untuk mereka yang meninggal secara tidak wajar, cacat, kecelakaan, maupun bunuh diri. Sedangkan Seme Nguda adalah tempat kuburan untuk mereka yang masih bayi atau belum menikah. Salah satu yang paling terkenal adalah Seme Wayah, di mana terdapat pohon Taru Menyan dan deretan kepala tengkorak manusia.
Asal-Usul Desa Trunyan
Desa Trunyan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini terkenal dengan tradisi pemakaman yang unik, di mana jenazah tidak dikubur atau dikremasi, melainkan hanya diletakkan di bawah pohon Taru Menyan. Pohon ini memiliki kemampuan untuk menghilangkan bau jenazah yang berada di sana. Asal-usul Desa Trunyan bermula dari sebuah legenda. Cerita tersebut menceritakan tentang empat kakak beradik yang mencium aroma harum yang berasal dari timur.
Dalam perjalanan mereka, mereka mengalami banyak hal dan terpaksa harus terpisah-pisah. Pada akhirnya, sang kakak sulung berhasil menemukan penyebab dari aroma wangi tersebut. Dalam legenda asal-usul Desa Trunyan, setidaknya ada empat tokoh yang disebutkan. Nama “Trunyan” sendiri diyakini berasal dari pohon Taru Menyan yang ada di desa tersebut.
“Taru” berarti kayu, sedangkan “Menyan” dapat diartikan sebagai harum. Pohon Taru Menyan ini hanya tumbuh di daerah Desa Trunyan, sehingga pohon tersebut lebih dikenal dengan nama Trunyan dan diyakini sebagai asal-usul nama desa tersebut.
Desa Trunyan juga memiliki tradisi pemakaman yang unik dan menarik perhatian wisatawan. Jenazah yang diletakkan di bawah pohon Taru Menyan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Desa ini juga memiliki tiga kuburan yang diperuntukkan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Jadi, Desa Trunyan memiliki sejarah yang unik dan asal-usulnya terkait dengan legenda empat kakak beradik Archipelago Indonesia dan pohon Taru Menyan yang wangi.
Baca Juga: Pantai Sanglen – Objek Wisata Tersembunyi Di Gunung Kidul
Tradisi Pemakaman Unik Desa Trunyan
Tradisi pemakaman unik di Desa Trunyan, Bali, melibatkan penempatan jenazah di bawah pohon Taru Menyan. Berbeda dengan tradisi pemakaman umum di Bali, di mana jenazah dikubur atau dikremasi, di Desa ini jenazah hanya diletakkan di atas tanah dan ditutupi dengan kain putih. Pohon Taru Menyan yang tumbuh di desa ini diyakini memiliki kemampuan untuk menghilangkan bau jenazah, sehingga jenazah yang diletakkan di bawah pohon tersebut tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap dan tidak dihinggapi oleh serangga seperti lalat atau ulat. Desa ini memiliki tiga kuburan yang diperuntukkan bagi tiga jenis kematian yang berbeda.
Sema Wayah adalah tempat pemakaman untuk orang yang meninggal secara wajar. Sema Muda adalah tempat pemakaman khusus untuk bayi atau anak-anak. Sementara itu, Sema Nguda adalah tempat pemakaman untuk orang yang belum menikah dan anak-anak. Setiap kuburan memiliki aturan dan tata cara pemakaman yang berbeda. Tradisi pemakaman unik ini telah dilakukan turun-temurun di Desa ini.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai asal-usul tradisi ini, namun diyakini bahwa nama desa, Trunyan, berasal dari pohon Taru Menyan yang wangi yang tumbuh di desa tersebut. Tradisi pemakaman unik di Desa ini menjadi daya tarik bagi banyak wisatawan yang tertarik untuk melihat dan mempelajari tradisi budaya yang berbeda. Desa ini juga menawarkan pengalaman yang unik dan menarik bagi para pengunjung. Jadi, tradisi pemakaman di Desa ini yang melibatkan penempatan jenazah di bawah pohon Taru Menyan merupakan warisan budaya yang unik dan menarik di Bali.
Daya Tarik Desa Trunyan
Desa Trunyan memiliki keunikan dan daya tarik yang menarik bagi para wisatawan. Salah satu keunikan utamanya adalah tradisi pemakaman yang unik. Di Desa ini, jenazah tidak dikubur atau dikremasi seperti umumnya, melainkan hanya diletakkan di bawah pohon Taru Menyan. Pohon ini memiliki kemampuan untuk menghilangkan bau jenazah, sehingga jenazah yang diletakkan di bawah pohon tersebut tidak menimbulkan aroma yang tidak sedap dan tidak dihinggapi oleh serangga seperti lalat atau ulat.
Selain itu, Desa ini juga menawarkan keindahan alam yang mempesona. Terletak di tepi Danau Batur, desa ini menawarkan pemandangan yang indah dengan latar belakang gunung-gemunung sebagai penopang Gunung Batur. Keindahan alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.Desa ini juga kaya akan adat dan budaya yang eksotik.
Tradisi pemakaman yang unik merupakan salah satu contoh dari kekayaan budaya di desa ini. Selain itu, desa ini juga memiliki tradisi dan upacara kematian lainnya, seperti Ngaben, yang dilakukan dengan cara yang berbeda dengan desa-desa lain di Bali.
Dengan keunikan budayanya, keindahan alamnya, dan tradisi yang eksotik, Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Bali. Wisatawan dapat belajar tentang budaya Bali yang unik, menyaksikan tradisi dan upacara khas desa ini, serta menikmati keindahan alam yang memukau.
Jadi, Desa ini menawarkan keunikan dan daya tarik yang meliputi tradisi pemakaman unik, adat dan budaya yang eksotik, serta keindahan alam yang mempesona. Desa ini merupakan destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi kekayaan budaya dan keindahan alam Bali.
Tata Adat Pemakaman Desa Trunyan
Di Desa Trunyan, terdapat tiga kategori pemakaman yang dikenal sebagai Sema Wayah, Sema Nguda, dan Sema Bantas. Sema Wayah merupakan tempat khusus bagi orang yang meninggal secara wajar dan jenazahnya diletakkan di atas tanah tanpa dikubur. Lokasinya berada di sebelah utara desa induk, Belongan Trunyan, dan dapat diakses dengan naik sampan kecil selama sekitar sepuluh menit. Sema Nguda, di sisi lain, merupakan tempat pemakaman untuk orang yang belum menikah dan anak-anak. Sedangkan Sema Bantas digunakan untuk mengubur jasad yang meninggal karena hal yang tidak wajar, seperti bunuh diri, kecelakaan, atau saat meninggal masih ada luka di tubuhnya.
Tradisi pemakaman ini merupakan bagian dari kekayaan budaya Desa ini yang menarik perhatian banyak orang. Selain itu, keberadaan pohon Taru Menyan yang diyakini mampu menghilangkan bau busuk dari jenazah juga menambah daya tarik unik dari tradisi pemakaman di desa ini. Dengan keunikan adat dan tradisi pemakamannya, Desa inimenjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang ingin mempelajari kekayaan budaya Bali yang berbeda.
Kesimpulan
Dengan keunikan adat dan budaya, tradisi pemakaman yang eksotik, serta keindahan alamnya, Desa Trunyan menjadi destinasi wisata yang menarik bagi para pengunjung yang ingin menjelajahi kekayaan budaya dan keindahan alam Bali yang berbeda. Desa Trunyan merupakan destinasi wisata keramat dan bersejarah di Bali yang menawarkan pengalaman yang unik dan berbeda. Salah satu daya tarik utamanya adalah tradisi pemakaman yang unik di mana jenazah hanya diletakkan di bawah pohon Taru Menyan, tanpa dikubur atau dikremasi seperti umumnya. Ikuti terus untuk mendapatkan informasi terkini terkait di storydiup.com