Hari Pertama Tayang di Bioskop, MERAH PUTIH ONE FOR ALL Hanya Dintonton 720 Orang
Film animasi nasional Merah Putih One for All resmi tayang perdana pada Kamis, 14 Agustus 2025, di sejumlah bioskop Indonesia.
Namun, antusiasme penonton pada hari pertama penayangan terbilang rendah. Menurut laporan, film ini hanya berhasil menarik sekitar 720 penonton di seluruh Indonesia pada hari pertama penayangannya.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi uptudate menarik lainnya seputaran Archipelago Indonesia.
Sinopsis Latar Belakang Produksi
Film “Merah Putih: One for All” merupakan film animasi yang disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari, serta diproduseri oleh Toto Soegriwo. Film ini digarap oleh Perfiki Kreasindo. Meskipun mengusung tema nasionalisme untuk menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia, informasi mengenai rekam jejak Perfiki Kreasindo masih sangat minim.
Film ini dibuat untuk menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia. Film ini mengisahkan petualangan sekelompok anak yang tergabung dalam “Tim Merah Putih” untuk mencari bendera pusaka yang hilang menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam perjalanan, mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari menyusuri hutan, menapaki tepian sungai, hingga berhadapan dengan pemburu, demi mengembalikan bendera tersebut agar dapat dikibarkan saat perayaan HUT RI di desa mereka.
Yang mengejutkan, film ini disebut-sebut hanya membutuhkan waktu kurang lebih sebulan untuk dikerjakan, terhitung sejak bulan Juni 2025 hingga tayang di bioskop. Anggaran produksinya disebut mencapai Rp 6,7 miliar.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Pembukaan yang Sepi Penonton
Film animasi “Merah Putih: One for All” tayang perdana di bioskop pada Kamis, 14 Agustus 2025. Film ini, yang diproduksi oleh Perfiki Kreasindo dan diproduseri oleh Toto Soegriwo dengan dukungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, mengklaim diri sebagai film animasi anak Indonesia pertama yang mengusung tema kebangsaan, dibuat untuk menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Indonesia. Namun, animo masyarakat pada hari pertama penayangannya sangat minim.
Data estimasi Cinepoint menunjukkan bahwa hingga hari kedua penayangan, “Merah Putih” hanya menembus 1.000 lebih penonton.
Angka 720 penonton pada hari pertama ini sangat kontras jika dibandingkan dengan film lain yang juga tayang perdana pada hari yang sama.
Misalnya, film “La Tahzan” yang dibintangi oleh Marshanda, Ariel Tatum, dan Deva Mahenra, memimpin dengan jumlah penonton di atas 50 ribu pada hari pertama penayangannya. Sementara itu, “Tinggal Meninggal” mencatat 25.054 penonton pada hari perdana.
Bahkan, film “Weapons” yang sebelumnya panen pujian kritikus, telah mencapai total 537 ribuan penonton, dan “Jumbo” yang dianggap telah menetapkan standar tinggi bagi film animasi Indonesia, mencatat prestasi gemilang dengan menembus angka 6 juta penonton, menjadikannya salah satu film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Kondisi ini semakin menyoroti minimnya daya tarik “Merah Putih: One for All” di mata publik.
Penayangan Terbatas di 16 Layar Bioskop
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah penonton adalah terbatasnya jumlah layar bioskop yang menayangkan film ini.
Merah Putih: One for All hanya diputar di 16 layar bioskop di seluruh Indonesia, dengan sebagian besar penayangan berlangsung di wilayah Jabodetabek. Di Jakarta, film ini hanya tayang di tiga lokasi, yaitu XXI Kelapa Gading, Kemang Village, dan Puri Indah Mall.
Jaringan bioskop Cinepolis bahkan membatalkan penayangan “Merah Putih: One for All” di seluruh jaringannya. Hal ini diumumkan melalui akun Instagram resmi Cinepolis Indonesia pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Pihak Cinepolis menyampaikan bahwa film tersebut, yang sebelumnya dijadwalkan untuk menyambut momen kemerdekaan, “resmi tidak jadi ditayangkan di seluruh jaringan Cinépolis Indonesia”.
Pengumuman ini banjir hampir 4.000 komentar di media sosial. Sementara di jaringan Cinema XXI, meskipun film ini tayang, jumlah jam pertunjukannya sangat terbatas, hanya di Cinema XXI Puri, Kelapa Gading, dan Kemang Village di Jakarta.
Baca Juga: Dirgahayu Indonesia Merdeka, Ini Ucapan Selamat HUT Ke-80 RI
Respons Penonton di Hari Pertama
Pada hari pertama penayangannya, Merah Putih: One for All hanya berhasil menarik sekitar 720 penonton. Di Surabaya, misalnya, film ini hanya diputar di bioskop XXI Ciputra World dengan lima jadwal tayang. Sejak film dimulai, penonton berkali-kali terbahak-bahak dan menyeletuk komentar soal animasi film.
Meskipun demikian, ada juga penonton yang memberikan apresiasi terhadap pesan nasionalisme yang diangkat dalam film ini. Mereka berharap agar film-film animasi Indonesia dapat terus berkembang dan meningkatkan kualitasnya di masa depan.
Kontroversi Sebelum Tayang
Sebelum tayang, Merah Putih: One for All sudah menuai kontroversi di media sosial. Banyak warganet yang mengkritik kualitas animasi yang dianggap kurang memadai dan tidak sebanding dengan standar film animasi Indonesia lainnya. Beberapa komentar negatif bahkan muncul sebelum sebagian besar orang menonton filmnya.
Namun, bagi sebagian penonton, kontroversi ini justru menjadi daya tarik tersendiri. Seorang kreator konten, Nopri, mengungkapkan bahwa rasa penasaran mendorongnya untuk membeli tiket hari pertama. Ia ingin membuktikan sendiri apakah film ini sesuai dengan kritik yang beredar.
Kritik Pedas Dugaan Pembajakan Aset
Sejak poster dan trailer resminya dirilis menjelang penayangan perdana pada Kamis, 14 Agustus 2025, film “Merah Putih: One for All” menuai kritik tajam. Kebanyakan kritikan menyoroti kualitas visual animasi yang dinilai kurang memadai untuk layar lebar. Para kritikus membandingkannya dengan film “Jumbo” yang dianggap telah menetapkan standar tinggi bagi film animasi Indonesia.
Sutradara Hanung Bramantyo menjadi salah satu pihak yang turut mengkritik. Ia bahkan menyatakan bahwa film tersebut “belum selesai untuk dibuat” dan “terlalu dipaksa” untuk ditampilkan. Hanung merasa apa yang ada di bioskop sekelas XXI seharusnya adalah tampilan hasil terakhir dan “sebuah statement dari pembuat filmnya”.
Selain kritik visual, film ini juga diduga melakukan pembajakan aset animasi setelah adanya kreator luar negeri yang mengaku karyanya telah digunakan tanpa izin.
Tuduhan ini semakin memperparah gelombang kritik yang tidak terbendung, dengan beberapa netizen membagikan pengalaman buruk mereka setelah menonton film tersebut. Banyak yang menuntut agar film ini dibatalkan penayangannya demi menjaga nama baik industri perfilman Tanah Air.
Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Archipelago Indonesia terlengkap yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.suarasurabaya.net
- Gambar Kedua dari www.idntimes.com