Hayam Wuruk – Maharaja Sri Rajasanagara Kerajaan Majapahit

Hayam Wuruk adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara pada abad ke-14. Ia dikenal dengan gelar Sri Rajasanagara, yang berarti “Raja yang Menjaga Segala Penjuru Angin”.

Hayam Wuruk - Maharaja Sri Rajasanagara Kerajaan Majapahit

Hayam Wuruk naik tahta pada usia muda setelah kematian ayahnya, Rajasanagara, dan di bawah kepemimpinannya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Beliau terkenal karena kebijaksanaan dan keadilan dalam pemerintahan, serta kemampuannya dalam diplomasi dan ekspansi wilayah. Salah satu capaian terbesarnya adalah kerjasama dengan Gajah Mada, Perdana Menteri Majapahit yang terkenal, dalam mempersatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit melalui Sumpah Palapa. Ia juga terkenal akan upacara besar yang diselenggarakan seperti acara Bubat yang bersejarah, di mana ia menikahi Putri dari Kerajaan Sunda sebagai bagian dari diplomasi dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389 Masehi setelah memerintah Majapahit selama lebih dari tiga puluh tahun, meninggalkan warisan sebagai salah satu raja terbesar dalam sejarah Indonesia. Dibawah ini  Archipelago Indonesia akan menjelaskan tentang Sejarah Hayam Wuruk.

Sejarah Hayam Wuruk

Hayam Wuruk, yang bernama lengkap Sri Rajasanagara, adalah raja Majapahit yang memerintah pada abad ke-14 Masehi. Ia dilahirkan pada tahun 1334 Masehi sebagai putra dari Raden Wijaya, pendiri Majapahit, dan menjadi raja setelah kematian ayahnya pada tahun 1350 Masehi. Hayam Wuruk naik tahta dalam usia muda dan dianggap sebagai salah satu raja terbesar dalam sejarah kerajaan Majapahit. Di bawah kepemimpinannya yang cemerlang, Majapahit mencapai masa kejayaan politik, ekonomi, dan budaya. Salah satu kebijaksanaannya yang paling terkenal adalah dalam bidang diplomasi dan pengembangan wilayah. Ia bekerjasama erat dengan Gajah Mada, perdana menteri Majapahit yang terkenal, dalam melaksanakan Sumpah Palapa, yaitu sumpah untuk tidak merasa puas sebelum berhasil menjajah Nusantara dalam upaya mempersatukan wilayah-wilayah di kepulauan Indonesia di bawah kekuasaan Majapahit.

Kejayaannya juga tercermin dalam pengelolaan pemerintahan yang efektif dan stabil. Serta dalam menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Sunda dan Bali. Salah satu peristiwa penting dalam sejarahnya adalah upacara Bubat pada tahun 1357 Masehi, di mana Hayam Wuruk melakukan pernikahan diplomatik dengan Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda, yang kemudian berakhir tragis. Hayam Wuruk juga dikenal karena membangun berbagai monumen dan kompleks bangunan penting di ibu kota Majapahit, Trowulan, yang menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan kerajaan pada masa itu. Ia meninggal pada tahun 1389 Masehi setelah memerintah Majapahit selama sekitar 40 tahun, dan diwariskan kepada putranya, Wikramawardhana. Sejarah Hayam Wuruk tidak hanya mencatat prestasi militernya dalam ekspansi wilayah, tetapi juga warisannya dalam bidang seni, budaya, dan keagamaan yang masih mempengaruhi budaya Indonesia hingga saat ini.

Baca Juga: Suku Sumbawa – Masyarakat Lautan Biru NTB Indonesia

Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Masa pemerintahan Hayam Wuruk, atau Sri Rajasanagara, sebagai raja Majapahit berlangsung dari tahun 1350 Masehi hingga kematiannya pada tahun 1389 Masehi. Ini adalah periode yang sangat penting dalam sejarah Majapahit di mana kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di Nusantara. Berikut beberapa masa pemerintahannya:

  • Awal Pemerintahan: Hayam Wuruk naik tahta pada usia muda setelah kematian ayahnya, Raden Wijaya, yang merupakan pendiri Majapahit. Pada awal masa pemerintahannya, Hayam Wuruk didampingi oleh Gajah Mada, seorang patih yang kuat dan berpengaruh dalam administrasi dan perluasan wilayah Majapahit.
  • Kesatuan Nusantara: Salah satu pencapaian terbesar Hayam Wuruk adalah dalam bidang diplomasi dan ekspansi wilayah. Bersama Gajah Mada, ia berhasil mewujudkan cita-cita untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit melalui Sumpah Palapa.
  • Hubungan dengan Kerajaan Tetangga: Hayam Wuruk menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Pernikahannya dengan Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda pada upacara Bubat (1357 Masehi) mencerminkan upaya diplomasi untuk memperkuat hubungan antarwilayah.
  • Pembangunan Infrastruktur dan Budaya: Di bawah pemerintahannya, Majapahit mengalami perkembangan pesat dalam bidang infrastruktur dan kebudayaan. Trowulan, sebagai ibu kota Majapahit, menjadi pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, dan kebudayaan yang maju pada masanya.

Masa pemerintahan Hayam Wuruk adalah periode keemasan bagi Majapahit. Yang mana kerajaan ini menjadi salah satu kekuatan dominan di Asia Tenggara. Kepemimpinannya yang bijaksana dan strategis menjadikan Majapahit sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia dan meninggalkan warisan yang mendalam dalam sejarah dan budaya bangsa ini.

Perang Bubat

Perang Bubat terjadi pada tahun 1357 Masehi dan merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Majapahit. Terutama terkait dengan hubungan antara Majapahit dan Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Peperangan ini terjadi sebagai akibat dari pernikahan politik antara Hayam Wuruk, raja Majapahit, dengan Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Sunda. Kisah dimulai ketika Hayam Wuruk mengirim utusan untuk menawarkan pernikahan kepada Putri Dyah Pitaloka. Sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat hubungan antara kedua kerajaan tersebut. Meskipun awalnya terjadi penolakan dari pihak Sunda karena alasan agama dan budaya yang berbeda, akhirnya pernikahan tersebut disetujui untuk kepentingan diplomasi.

Pernikahan tersebut kemudian diputuskan diselenggarakan di suatu tempat yang netral, yaitu di Bubat, yang terletak di wilayah tengah antara Majapahit dan Sunda. Namun, ketika rombongan pengantin dari Majapahit tiba di Bubat, terjadi insiden yang memicu pertempuran. Konflik terjadi antara pasukan Majapahit yang dianggap merasa dihina oleh sikap kurang hormat dari pihak Sunda yang tidak memberi salam. Pertempuran yang terjadi kemudian dikenal dengan nama Perang Bubat. Meskipun peristiwa ini lebih dikarakterisasi sebagai serangan tak terduga, namun beberapa versi sejarah menyatakan bahwa ini adalah strategi diplomasi militer yang dipimpin oleh Gajah Mada

Akhir Hayat Hayam Wuruk

Hayam Wuruk, yang merupakan salah satu raja terbesar dalam sejarah Majapahit, meninggal dunia pada tahun 1389 Masehi setelah memerintah selama sekitar 40 tahun. Kematian beliau menandai akhir dari masa keemasan dan kejayaan Majapahit yang mencapai puncaknya di bawah kepemimpinannya. Setelah ia meninggal, tahta Majapahit dilanjutkan oleh putranya, Wikramawardhana. Pemilihan Wikramawardhana sebagai penerus tahta kerajaan tidak terlepas dari peran penting Gajah Mada. Perdana menteri Majapahit yang telah setia mendampingi Hayam Wuruk selama masa pemerintahannya.

Warisannya tidak hanya dalam bentuk kekuasaan politik dan militer, tetapi juga dalam bidang seni, sastra, dan arsitektur. Di bawah pemerintahannya, Majapahit mengalami perkembangan pesat dalam bidang infrastruktur dan kebudayaan. Trowulan, ibu kota Majapahit, menjadi pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, dan kebudayaan yang maju pada masanya. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan strategis dalam menjalankan pemerintahan, serta mampu menjaga stabilitas internal dan ekspansi wilayah. Meskipun masa pemerintahannya diakhiri dengan kematiannya pada tahun 1389 Masehi. Warisannya tetap berlanjut dalam bentuk pengaruh kuat Majapahit dalam sejarah dan budaya Indonesia.

Kesimpulan

Hayam Wuruk, raja Majapahit pada abad ke-14, merupakan figur yang menonjol dalam sejarah Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mencapai masa kejayaannya dengan ekspansi wilayah yang luas dan kebijaksanaan dalam diplomasi. Kebijakannya dalam memimpin kerajaan tidak hanya memperkuat kekuasaan politik Majapahit tetapi juga mendukung perkembangan seni, budaya, dan keagamaan. Meskipun masa pemerintahannya berakhir dengan kematiannya pada tahun 1389 Masehi. Warisannya sebagai salah satu raja terbesar dalam sejarah Indonesia tetap dihargai dan menginspirasi hingga saat ini. Jika anda tertarik untuk mengetahui informasi tentang sejarah yang ada di Indonesia, maka kunjungi kami di storyups.com.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *