Mengenal Sejarah Suku Asmat Yang Bertempat Tinggal Di Papua
Mengenal Sejarah Suku Asmat mempunyai kebudayaan tersendiri, salah satunya adalah kebudayaan mengukir dan memahat sejak zaman nenek moyang.
Mengenal Sejarah Suku Asmat Dan Ciri Fisiknya
Penduduk asli Suku Asmat memiliki ciri-ciri fisik yang khas mempermudah masyarakat menandainya. Mereka juga mempunyai cara fikir, pola hidup, strukur sosial, serta keseharian yang berbeda, termasuk mata pencaharian. Adapun ciri-ciri fisik dari dari suku ini adalah sebagai berikut:
- Fisik orang asli suku Asmat cenderung memiliki warna kulit hitam
- Postur tubuh yang besar, tegap, dan cukup tinggi
- Rambut mereka biasanya keriting atau ikal
- Mereka juga sering menghiasi tubuh dengan mengecat warna merah, hitam, dan putih
- Meraka juga memiliki hidung yang mancung
Mengenal Sejarah Suku Asmat Dari Asal-usulnya
Suku Asmat dipercaya berasal dari Dewa Sang Pencipta atau dikenal Fumeripits. Dalam ceritanya Fumeripits terdampar di pinggir pantai dengan keadaan yang tragis sekarat dan tak sadarkan diri. Tak lama dari itu nyawa Fumeripits diselamatkan oleh sekelompok burung Flamingo. Pada akhirnya ia pulih dan menjalani hidup sendiri di daerah baru. Saat merasa kesepian Fumeripits membangun rumah dengan di dalamnya berisikan patung hasil karnyanya. Ia juga membuat sebuah tifa yang tabuh setiap harinya.
Patung kayu yang diciptakannya secara tiba-tiba bergerak mengikuti irama tifa yang dimainkannya. Patung-patung tersebut berubah wujud menjadi sosok manusia yang hidup. Mereka menari dengan tabuhan tifa gerakannya juga kaku serta kedua lutut bergerak ke arah kanan dan kiri saja. Ia mengembara di berbagai daerah. Setiap daerah ia akan membangun rumah panjang untuk menciptakan manusia lainnya yang akan menjadi orang-orang Asmat. Dari kedua patung tersebut dikisahkan menjadi manusia dan merupakan nenek moyang dari Suku Asmat.
Kemudian, pada tahun 1770 dimana sebuah kapal yang dinahkodai oleh James Cook, seorang pelaut Inggris yang mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat. Datang sekelompok laki-laki dengan perahu lesung panjang di dayung orang berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna merah, hitam, dan putih. Penduduk disitu menyerang dan membunuh sejumlah anak buah James Cook. Berabad-abad kemudian sebuah kapal mendarat lagi di suatu teluk yang berada di pesisir barat daya Irian Jaya. Terulang kembali peristiwa yang dialami oleh James Cook anak buahnya pada saat dahulu.Namun, kali ini tidak terjadi kontak berdarah, sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antara kedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil melakukan pertukaran barang. Kejadian ini membuka jalan adanya penyelidikan selanjutnya di daerah Asmat. Suku Asmat itu mengembara sampai jauh keluar daerah dan menimbulkan peperangan dengan penduduk daerah yang di datanginya.
Mengenal Keunikan Suku Asmat
Umumnya Suku Asmat membuat patung tanpa menggunakan sketsa. Mereka juga sangat terkenal dengan seni ukir, pahat, dan patungnya yang mempunyai nilai seni tinggi. Pahatan kayu diukit dengan tangan menggunakan peralatan sederhan seperti kapak batu dan pisau tulang. Motif-motif yang sering digunakan dalam seni pahat Asmat adalah manusia, hewan, dan elemen alam lainnya. Pahatan ini sering dihiasi dengan ukiran yang rumit dan detail yang memperlihatkan keahlian tinggi dalam seni ukir.
Selain pahat kayu, mereka juga dikenal membuat perahu yang disebut “lesung”. Perahu ini dibuat dari kayu dan dihiasi dengan ornamen yang rumit. Lesung Asmat tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga memiliki nilai simbolis yang tinggi dalam budaya mereka. Perahu perang ini digunakan dalam pertempuran antara suku-suku Asmat sebagai bagian dari tradisi adat mereka.
Mengenal Sejarah Suku Asmat Dan Adat Istiadat
Suku Asmat umumnya memiliki mata pencaharian berladang. Mulai dari ubi, jagung, wortel, hingga sagu. Disamping itu, mereka juga kerap bertenak babi dan ayam. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, mereka berburu ikan, burung, babi, dan udang. Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan suku Asmat diposisikan sangat berharga. Hal ini terlihat dari seni ukiran dan pahatan yang berbentuk flora dan fauna.
Namun, kehidupan perempuan suku ini juga sangat berat karena harus memikul banyak tanggung jawab rumah tangga. Sedangkan, laki-laki lebih hedonis. Dalam kesehariannya, mereka memakan makanan yang sudah disiapkan sang istri, mabuk, menghisap tembakau, hingga berjudi. Meski demikian, tak jarang pihak laki-laki membuat perahu atau rumah. Namun tetap saja dalam prosesnya mereka meminta bantuan pihak perempuan. Hukum adat tersebut selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Wanita Hamil
Wanita Asmat yang sedang hamil akan sangat dijaga oleh keluarganya. Mereka akan diperlakukan dengan lebih baik sampai pada poses persalinan bisa dilakukan dengan lancar dan bayi lahir sehat dengan selamat.
2. Kelahiran
Setelah bayi lahir, akan diadakan upacara selamatan dengan cara memotong tali pusar melalui bantuan sembilu yang terbuat dari bambu yang diruncingkan. bayi akan disusui ibunya hingga usia 2 sampai 3 tahun.
3. Pernikahan
Pernikahan Suku Asmat hanya bisa dilakukan saat seseorang telah berusia 17 tahun atau lebih. Itu dilakukan setelah mendapat persetujuan dari kedua pihak. Bahkan ada kebiasaan menguji keberanian para pria dengan cara membeli wanita dengan menggunakan piring antik.
4. Mumi Suku Asmat
Suku Asmat juga dikenal dengan adanya tradisi mengawetkan jasad orang yang telah meninggal atau dikenal dengan sebutan memufikasi. Namun ini hanya berlaku bagi kepala suku atau kepala adat. Jasad pemimpin adat yang telah dijadikan mumi kemudian akan dipajang di depan rumah adat Suku Asmat.
Mengenal Sejarah Suku Asmat Di Rangkaian Upacaranya
Masyarakat Suku Asmat juga punya kepercayaan melalui upacara adat. Upacara adat ini biasanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap sesuatu yang dianggap penting.
1. Ritual Kematian
Upacara adat Papua yang cukup dikenal adalah upacara kematian oleh Suku Asmat. Suku Asmat merupakan salah satu suku yang memiliki populasi terbesar di Papua. Selain sebagai suku terbesar, Suku Asmat juga memiliki beberapa ritual atau upacara-upacara penting yang biasa dilakukan dan salah satunya adalah upacara kematian Suku Asmat. Masyarakat Suku Asmat, biasanya tidak mengubur mayat dari anggota suku yang telah meninggal dunia. Mereka biasanya meletakan mayat tersebut di atas perahu lesung dengan dibekali sagu, lalu mayat tersebut dibiarkan mengalir ke laut membiarkan mayat tersebut berada di atas anyaman bambu hingga akhirnya membusuk. Upacara kematian dilakukan oleh masyarakat Suku Asmat, karena masyarakat Asmat percaya bahwa kematian bukanlah suatu hal yang alamiah, melainkan sebagai penanda adanya roh jahat yang mengganggu. Oleh karena itu, ketika ada seseorang yang sakit, maka warga Asmat akan membuat pagar dari pohon dahan nipah.
2. Upacara Mbismbu
Mbismbu merupakan ukiran patung tonggak kerabat atau nenek moyang yang telah meninggal dunia. Upacara satu ini dianggap sangat bermakna karena sebagai usaha untuk selalu mengingat kerabat yang telah tiada. Dalam upacara ini, apabila kerabat tersebut meninggal karena dibunuh maka mereka akan membalas dendam dengan cara membunuh juga. Jika kematian tersebut karena dibunuh, maka mereka akan membalaskan dendamnya dengan cara membunuhnya juga.
3. Upacara Yentpokmbu
Upacara berikutnya bernama yentpokmbu. Sudah menjadi tradisi bagi suku asmat untuk memberi nama rumah bujang dengan nama marga sang pemilik. Rumah tersebut adalah bangunan yang difungsikan untuk kegiatan religius maupun nonreligius. Selain itu, rumah bujang juga sering digunakan untuk berkumpulnya keluarga. Apabila terjadi penyerangan, maka anak-anak dan perempuan tidak boleh memasukinya.