| | |

Mengenal Suku Gayo Di Aceh, Sejarah, Bahasa Dan Rumah Adat

Mengenal Suku Gayo asli berasal dari Dataran Tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah dan sebagian besar di Kabupaten Bener Meriah.

Mengenal-Suku-Gayo-Di-Aceh,-Sejarah,-Bahasa-Dan-Rumah-Adat

Mengenal Suku Gayo Di Indonesia

Suku Gayo adalah masyarakat asli dari Dataran Tinggi Gayo yang terletak di Provinsi Aceh bagian Tengah. Suku tersebut menjadi kelompok etnis di Pulau Sumatera dan mewarnai keragaman bangsa Indonesia. Asal usul suku Gayo masuk ke dalam golongan ras Proto Melayu yang berasal dari India. Menurut versi literatur melayu, suku tersebut berkaitan dengan penolakan masyarakat untuk masuk Islam. Saat ini Gayo mendiami tiga kabupaten. Yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues dan menjalani tradisi yang masih dijalankan.

Selama ini, ada anggapan bahwa etnis Gayo berasal dari Suku Batak yang dikenal dengan batak. Suku Gayo merupakan suku tebesar kedua yang ada di Aceh setelah Suku Aceh yang mendiami wilayah pesisir. Menurut masyarakat setempat, nama Gayo berasal dari kata pegayon yang berarti sumber air jernih tempat ikan suci dan kepiting. Sampai saat ini, sejarah suku bangsa Gayo belum terungkap secara pasti. Belum ditemukan sumber sejarah yang bisa menjadi rujukan asal mula suku bangsa Gayo.

Akan tetapi, keberadaan suku ini kerap kali dihubungkan dengan Kerajaan Linge. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 416 Hijriyah atau 1025 Masehi. Perkawinan Masyarakat Gayo karya Ista Tantawi, sebelum kemerdekaan Indonesia, salah satu suku Gayo, yakni Gayo Lues merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Kerajaan yang oleh masayarakat setempat disebut reje itu memiliki beberapa raja. Reje Gele memimpin 12 kampung dan berkedudukan di bagian barat Blangkejeren. Ada pula Reje Rema yang memimpin 11 kampung dan berkedudukan di Kute Panyang. Reje Bukit merupakan raja yang memimpin 7 kampung dan berkedudukan di bagian timur Blangkejeren. Yang terakhir ada Reje Kemala yang memimpin 13 kampung dan berkedudukan di Rikit Gaib.

Mengenal Suku Gayo Dengan Ciri Khasnya

Ciri khas Suku Gayo dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini.

1. Kebudayaan

Tari Saman merupakan kebudayaan Suku Gayo yang sangat terkenal. Biasanya tarian ini akan dilakukan ketika pagelaran simbol keakraban, yaitu Bejaman Saman. Tak hanya Saman, suku ini juga menghasilkan berbagai tarian lain seperti Tari Bines, Tari Guel, dan Tari Munalu. Kebudayaan dari Suku Gayo berikutnya adalah tradisi Bejamu Saman. Tradisi ini dilakukan dengan duduk sejajar sebanyak 8 orang yang kemudian melakukan tarian Saman. Biasanya tradisi ini dilakukan pada hari besar Islam, seperti Hari Raya.

2. Seni

Suku Gayo terkenal dengan kelebihannya di bidang sastra dan seni, salah satunya yaitu seni Didong. Seni ini mencampurkan berbagai unsur kesenian seperti syair yang diiringi oleh tarian tertentu. Seni Didong dilakukan pada malam hari untuk saat-saat tertentu dengan tujuan untuk memberi motivasi berharga kepada masyarakat Gayo.

3. Marga

Seperti kebanyakan suku lainnya, suku Gayo juga mempunyai marga. Namun penggunaan marga ini tidak dilakukan oleh masyarakat Gayo yang sudah modern. Penduduk yang masih menggunakan marga tinggal pada wilayah Bebesen. Beberapa marga dari suku Gayo yaitu Munte, Kala, Tebe, Melala, dan masih banyak lagi.

4. Bahasa Lokal

Penduduk yang masih menggunakan marga tinggal pada wilayah Bebesen. Beberapa marga dari suku Gayo yaitu Munte, Kala, Tebe, Melala, dan masih banyak lagi. Menurut sejarah dan perkembangannya, bahasa Gayo termasuk ke dalam golongan Bahasa Astronesia. Maka dari itu terdapat beberapa perbedaan pengucapan pada bahasa tersebut pada wilayah persebaran suku Gayo.

Mengenal Suku Gayo Dan Bahasanya

Masyarakat Suku Gayo menggunakan bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari. Wilayah memiliki dialek berbeda dalam mengucapkan bahasa Gayo. Gayo Laut memiliki dua subdialek, yaitu Lut dan Deret. Gayo Lues memiliki tigaa subdialek yaitu Lues, Kalul, dan Lokop. Bahasa Gayo yang digunakan suku ini berbeda dengan bahasa Aceh yang digunakan Suku Aceh. Keberadaan bahasa ini sama tuanya dengan keberadaan orang Gayo itu sendiri di Indonesias.

Mereka memiliki bahasa, hukum, budaya, istiadat sendiri yang membedakan identitas mereka dengan suku-suku lain yang berada di Indonesia. Dalam pergaulan sehari-hari bahasa ini berfungsi sebagai peralatan komunikasi antar sesama masyarakat. Meski tedapat perbedaan dialek dan kosakata dalam bahasa Gayo, namun perbedaan tersebut tidak dijadikan persoalan dalam bagian komunikasi antara penutur bahas Gayo. Kemudian bahasa Gayo ini berfungsi sebagai bahasa pengantar, terutama pada periode awal penyebaran Islam dan dalam dunia pendidikan.

Rumah Adat Suku Gayo

Suku Gayo memiliki rumah adat yang biasa disebut Umah Gayo. Masyarakat asli Gayo menyebut rumah tempat tinggal mereka dengan sebutan yang berbeda tergantung pada bentuk bangunan, jumlah ruang, dan bentuk atapnya. Rumah bagi masyarakat Gayo dahulu tidak memiliki perbedaan yang khusus antara rumah raja dan keturunan bangsawan dengan rumah masyarakat biasa, baik dari bentuk, ukuran maupun ornamen-ornamennya. Rumah adat Suku Gayo yang ditemukan umumnya memiliki 5 sampai 9 ruang. Jumlah ruangan ini kemungkinan menunjukkan jumlah keluarga di rumah itu. Satu ruangan dalam rumah tersebut biasanya ditempati satu keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ruangan ini disebut dengan Umah Rinung.

Tiap-tiap kamar juga dilengkapi dapur masing-masing. Antara keluarga batih yang satu dengan keluarga batih yang lain dalam satu umah time ruang itu mempunyai pertalian keturunan. Pada awalnya umah time ruang merupakan milik keluarga batih. Namun setelah anggota keluarga itu menikah, maka ia akan pindah ke dalam kamar tersendiri. Begitulah seterusnya, setiap ada pernikahan berarti menambah keluaraga batih dalam umah time ruang, maka dalam umah time ruang terbentuklah keluarga besar yang disebut dengan sedere. Rumah adat Gayo mempunyai lepo (beranda) yang terletak di bagian depan rumah dimana terletak ulu ni kite (kepala tangga) dan pintu.

Lepo berfungsi sebagai tempat beristirahat dan memandang keindahan alam pada waktu senggang, selain untuk memperindah dan memperkuat bangunan rumah. Di bagian belakang rumah terdapat anyung yaitu tempat mencuci makanan dan dapur. Diatas umah rinung (kamar-kamar tidur) yang terdapat di bagian tengah sepanjang rumah, dibangun parabuang yaitu loteng tempat menyimpan barang-barang berharga persiapan sinte (menyelanggarakan kenduri turun mandi, sunat rasul, pernikahan dan kematian). Pada salah satu dinding terdapat bakuten atau bukuten yaitu tempat menyusun alas penalas (berbagai ukuran dan jenis tikar dan sumpit) untuk keperluan besinte. Sementara di tungku dapur ada gegayang (tempat makanan dan ikan) dan di dapur ada peleden (tempat menyimpan bumbu).

Baca Juga: Sejarah Suku Toraja Yang Berasal Dari Sulawesi Selatan

Tradisi Suku Gayo

Berikut adalah ragam bentuk tradisi yang masih dilakukan oleh Suku gayo:

1. Pepongoten

1.-Pepongoten

Pepongoten adalah tradisi lisan dari Gayo yang berupa ratapan berirama yang dilakukan pada peristiwa pernikahan atau kematian. Karena dibawakan secara menangis, pepongoten utamanya disampaikan oleh perempuan Gayo. Konon tradisi ini sudah ada sejak sekitar abad ke-11 sebelum Islam masuk ke tanah Gayo. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi pepongoten sudah banyak ditinggalkan.

2. Tradisi Pacuan Kuda

2.-Tradisi-Pacuan-Kuda

Masyarakat Gayo memiliki tradisi pacuan kuda tradisional yang masih berlangsung sekali setahun bersamaan dengan diadakan pesta rakyat. Uniknya kuda-kuda yang dipacu biasanya adalah kuda yang juga berfungsi sebagai pembajak sawah. Tradisi pacuan kuda tradisional Suku Gayo biasanya dilangsungkan di Takengon.

3. Tradisi Bejamu Saman

3.-Tradisi-Bejamu-Saman

Tradisi Bejamu Saman adalah pergelaran Saman selama dua hari dua dalam, dimana ada dua kampung yang tampil bersama dan berbagi peran dengan bertindak sebagai tuan rumah dan tamu. Hal yang menarik dari Bejamu Saman adalah karena setiap anggota grup penampilan tamu akan tinggal sebagai saudara (serinen) di rumah masing-masing anggota grup penampilan tuan rumah storyups.com.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *