|

Suku Aceh, Sejarah Adat Istiadat & Budaya Yang Masih Lestari

Suku Aceh: Adalah kelompok suku yang berasal dari ujung pulau Sumatra bagian utara, di wilayah Provinsi Aceh mereka masih terikat dalam kebudayaan, bahasa, dan sejarah.

Suku-Aceh,-Sejarah-Adat-Istiadat-&-Budaya-Yang-Masih-Lestari

Saat masa modern, suku Aceh terkenal sebagai para pedagang yang handal dan juga mayoritas Suku Aceh adalah pemeluk agama Islam. Mereka tinggal di permukiman yang disebut dengan (gampong). Suku ini jaya seiring dengan masa kesultanan Aceh Darussalam.

Sejarah Keturunan Suku Aceh

Awal penghuni Aceh adalah dari masa pasca Plestosen, di mana mereka tinggal di pantai timur, yaitu daerah Langsa dan Tamiang, dan menunjukkan ciri-ciri Australomelanesid (manusia yang menghuni pertama). Mereka hidup dari hasil laut, terutama berbagai jenis kerang, dan juga hewan-hewan darat seperti babi dan badak. Mereka sudah menggunakan api dan menguburkan mayat dengan upacara tertentu. Lalu terjadi perpindahan suku asli Mantir dan Lhan yang datang belakangan untuk ikut membentuk penduduk pribumi Aceh. Bangsa asing lainnya seperti India selatan, serta beberapa penduduk Arab, Turki, Persia dan Portugis juga adalah komponen pembentuk suku Aceh. Dalam jalur perdagangan laut dari Timur Tengah sampai ke Cina, menjadikan Aceh sebagai jalur persinggahan dari berbagai suku.

Asal Suku Aceh

Menurut legenda rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduknya pertama berasal dari suku Mante dan Lhan. Suku Mante awalnya mendiami wilayah Aceh Besar dan kemudian menyebar ke tempat lainnya. Ada pula dugaan secara etnologi tentang hubungan suku Mante dengan bangsa Funisia di Babilonia, namun hal tersebut kepastiannya belum dapat ditetapkan oleh para ahli. Saat Kerajaan Sriwijaya memasuki masa kemundurannya, di duga sekelompok suku Melayu mulai berpindah ke tanah Aceh. Mereka menetap di lembah sungai Tamiang yang subur, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan suku Tamiang.

Mereka telah ditaklukkan oleh Kerajaan Samudera Pasai di tahun 1330, mulailah mereka menjadi kesatuan ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan bahasa tetap terdapat kesamaan dengan budaya Melayu. Terdapat juga keturunan suku India di tanah Aceh, yang erat hubungannya dengan perdagangan dan penyebaran agama Hindu-Buddha dan Islam. Bangsa India kebanyakan dari Tamil dan Gujarat, yang keturunannya tersebar di seluruh Aceh. Bisa kita liat dari penampilan budaya dan fisik pada sebagian orang Aceh, dan makanan Aceh yang banyak menggunakan kari.

Tarian Suku Aceh

Menggambarkan sebuah warisan adat, agama, maupun cerita rakyat setempat. Pada umumnya dibawakan secara berkelompok, penari tersebut berasal dari jenis kelamin yang sama, dan posisi menarinya pun ada yang berdiri maupun duduk. Dilihat dari musik pengiringnya, tarian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu yang pertama diiringi dengan vokal dan perkusi tubuh penarinya sendiri, sedangkan satunya yang diiringi dengan ensambel alat musik. Berikut beberapa tarian aceh.

1. Tari Saman

Tari Saman

Adalah tarian tradisional Aceh berasal dari suku Gayo yang dibawakan oleh Syekh Saman, seorang penyebar agama Islam di Aceh. Menggunakan pakaian khusus berwarna-warni. Di lakukan dengan membentuk format pola lantai yang khas dan penari harus berbaris membentuk garis lurus ke samping. Makna dari tarian ini ialah manusia yang merupakan makhluk sosial sehingga membutuhkan manusia lain. Pola duduk dengan kaki yang seperti duduk di antara dua sujud juga melambangkan umat Islam yang sedang membentuk sebuah syaff ketika sedang melakukan ibadah sholat.

2. Tari Pukat

Tarian tradisional Aceh ini menggambarkan tentang aktivitas para nelayan saat menangkap ikan di laut. Pada umumnya, tari Tarek Pukat ditampilkan dalam berbagai acara, seperti Upacara penyambutan, Acara adat, Acara budaya. Dalam tarian ini, penari menggunakan busana tradisional serta tata rias wajah yang membuatnya terlihat cantik. Diiringi dengan kelompok pengiring, mereka menari menggunakan tali sebagai atributnya. Pakaian yang digunakan para penari dalam pertunjukan tari ini biasanya merupakan busana tradisional, seperti baju lengan panjang, celana panjang, dan kerudung pada bagian kepala. Dan penari juga menggunakan sebuah kain songket dan sabuk pada bagian pinggang serta hiasan kerudung sebagai pemanisnya.

3. Tari Goel

Tarian ini adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat Gayo di Aceh. Tarian ini memiliki gerakan yang sangat khas dan penuh makna, serta juga terkesan bernuansa mistis. Awalnya lebih difungsikan sebagai tarian upacara adat di kalangan masyarakat Gayo, baik secara ritual adat maupun perayaan adat. Bagi penduduk Gayo, tarian ini bukan hanya tarian biasa. Namun juga memiliki nilai dan filosofi kebudayaan mereka. Setiap gerakan tarian mengandung pesan dan nilai moral . Uniknya, gerakan penari pria dan wanita berbeda. Biasanya gerakan penari pria lebih mendominasi.

Baca Juga: Suku Pedalaman Yang Ada Di Indonesia – Terisolasi Dunia Luar

Budaya & Tradisi Suku Aceh

Budaya & Tradisi Suku Aceh

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 13 suku dan 11 bahasa daerah. Mayoritas penduduk di sana beragama Islam yang membuat provinsi tersebut dijuluki Serambi Mekkah. Budaya maupun tradisi adat di aceh tidak akan lepas dari budaya Islam. Berikut tradisi adat masyarakat Aceh yang bernuansa Islam:

1. Peutron Aneuk

Adalah sebuah tradisi penduduk Aceh untuk menyambut kelahiran bayi. Biasanya tradisi ini digelar setelah anak pada umur 44 hari, 3 bulan, 5 bulan, sampai 7 bulan. Mereka meyakini bayi yang belum melakukan tradisi tersebut lebih baik tidak keluar rumah terlebih dahulu. Tradisi ini dipimpin oleh pemuka agama yang di sampingnya terdapat air zamzam, sari kurma, ayam panggang, serta buah-buahan. Dan dibacakan doa-doa, lalu bayi tersebut akan dicicipi berbagai macam rasa ke lidahnya tujuannya agar indera perasanya lebih sensitif.

2. Jak Ba Tanda

Adalah kelanjutan dari proses lamaran yang biasa dikenal dengan (Ba Ranup). saat lamaran diterima, keluarga pihak pria akan melakukan peukong haba atau pembicaraan mengenai meugatib (kapan pernikahan akan dilangsungkan), dengan beberapa tamu, sampai jenis dan jumlah mahar. Saat melakukan tradisi tersebut keluarga sang pria akan mengantarkan makanan khas Aceh seperti buleukat kuneeng, buah-buahan, dan perhiasan. Tradisi ini diyakini telah dipengaruhi oleh adat istiadat yang berasal dari bangsa Arab dan India.

3. Tulak Bala

Adalah tradisi masyarakat Aceh yang diadakan selama setahun sekali, pada bulan Safar. Dalam cerita masyarakat, sebagian penduduk meyakini bahwa bulan Safar identik dengan cuaca pancaroba dan memiliki aura yang kurang baik. Tradisi ini ditandai dengan warga yang berbondong menuju ke pantai dan sungai, untuk sekadar menggelar doa dan makan bersama. Inti tradisi ini ialah doa bersama yang dipimpin oleh seorang teungku.

4. Meugang

Adalah sebuah tradisi yang berlangsung selama 3 kali dalam setahun. Tradisi ini sendiri identik dengan memakan daging sapi atau kerbau. Biasanya di lakukan menjelang bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, dan hari raya Idul Adha. Meugang sendiri menjadi sebuah wadah untuk mempererat hubungan kekeluargaan dalam konteks islami.

5. Peusijuek

Dilakukan di hampir setiap kegiatan adat yang ada dalam kehidupan masyarakat Aceh. Peusijuek adalah upacara yang sangat biasa dilaksanakan oleh orang- orang pedesaan untuk hal-hal kecil, seperti ketika membeli sebuah kendaraan baru dan ketika menaburkan benih di sawah. Namun, bagi masyarakat perkotaan di Aceh yang gaya hidupnya yang lebih modern, tradisi Peusijuek hanya dilakukan saat kegiatan adat saja, contohnya seperti dalam proses perkawinan. Pelaksanaan proses upacara adat Peusijuek ini dipimpin oleh seorang tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan dan dihormati oleh masyarakat setempat. Dan bagi laki-laki, biasanya upacara adat ini dipimpin oleh seorang Teuku, sedangkan untuk perempuan dikenal dengan sebutan Ummi, sebagai seorang tokoh yang dituakan dan dihormati oleh masyarakat Aceh.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *