Suku Betawi – Mengenal Kepercayaan dan Budaya Di Suku Betawi
Suku Betawi adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa.
Suku Betawi adalah etnis mayoritas yang tinggal di ibu kota Jakarta dan sekitarnya. Betawi merupakan campuran dari beberapa suku yang datang di Batavia selama penjajahan Belanda pada di tahun 1700-an. Pada abad 17, Batavia digunakan sebagai pusat pemerintahan dengan penduduk utama yang terlihat adalah Suku Betawi. dengan Keunikan Suku ini tampak pada gaya dan intonasi bicara mereka. Etnis Betawi merupakan hasil perpaduan dari antara suku Sunda, Jawa, Melayu, yang menetap di Batavia. Suku Betawi merupakan salah satu suku besar yang ada di Indonesia dengan dilengkapi ragam budaya yang sangat apik.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa yang ada di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi dengan keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Berikut ini Archipelago Indonesia akan membahas tentang Suku Betawi.
Musik Asal Suku Betawi
Alat musik gambang kromong merupakan ungkapan ekspresi dari masyarakat Betawi yang berupa kesenian melalui media bunyi. Gambang kromong yang terdiri dari beberapa instrumen alat musik. Menurut sejarah gambang kromong mulai populer sekitar tahun 1930-an di kalangan masyarakat Tionghoa Peranakan yang sekarang dikenal dengan nama Cina Benteng.
Gambang kromong pertama kali muncul hanya dengan nama gambang. Namun sejak awal abad ke-20 telah di rubah menjadi gambang kromong karena ada penambahan instrumen berupa kromong.
Masyarakat Betawi menjadikan gambang kromong sebagai sarana penyemarak upacara adat dalam bentuk rangka lingkaran hidup seseorang (perkawinan, nazar, dan sunatan). Dalam pementasannya dan kesenian yang lahir sebagai bentuk dari pemuasan kebutuhan manusia yang akan rasa keindahan ini dapat digunakan sebagai pengiring teater lenong, tari cokek, dan hiburan khas Betawi lainnya. Asal Mula Kata Betawi
Nama Betawi berasal dari perubahan kata “Batavia” menjadi “Betawi” yang disesuaikan dengan lidah masyarakat setempat. Suku Betawi terbentuk dari akulturasi masyarakat di Batavia yang tentunya kemudian menjadi suatu identitas dan suku baru.
Sejarawan Betawi, Ridwan Saidi, menyebutkan beberapa asal kata Betawi, antara lain:
- Pitawi: Bahasa Melayu-Polinesia Purba yang berarti larangan, merujuk pada suatu bangunan di Candi Batujaya.
- Betawi: Bahasa Melayu Brunei yang merujuk pada giwang ditemukan di Babelan, Kabupaten Bekasi abad ke-11 M.
Guling Betawi merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan di Jawa serta Kalimantan. Sementara itu di daerah Kalimantan Barat, lebih tersohor dengan kata nama “Kayu Bekawi”. Ada berapa kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman. dengan sejarah mencatat bahwa banyak daerah di Jakarta yang dinamai berdasarkan jenis flora seperti Gambir dan Bintaro. Sehingga, asal mula nama Betawi. memiliki beberapa teori, yang mulai dari sejarah, bahasa, hingga flora.
Baca Juga: Tradisi Suku Kikim – Mengenal Lebih Dekat Kehidupan di Pedalaman
Kesenian Suku Betawi
Berikut adalah beberapa kesenian betawi yang terkenal diantara lain:
1. Ondel-Ondel
Ondel-ondel adalah pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Terlihat ondel-ondel memerankan leluhur nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel juga berupa boneka besar dan tinggi, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah untuk dipikul dari bagian dalamnya. Bagian wajah topeng, dengan rambut kepala yang dibuat dari ijuk. wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan di cat dengan warna putih. Bentuk ini di pertunjukan banyak persaman dengan yang ada di beberapa daerah lain.
2. Lenong
Setelah membahas seni musik, dari Betawi pun memiliki seni drama atau teater yang terkenal, yaitu lenong. Lenong merupakan sandiwara rakyat asal Betawi yang dimainkan dengan dialek Betawi yang khas. Acara lenong ini juga diiringi oleh alat musik seperti gambang, kromong, suling, serta alat musik asal Tionghoa, seperti tehyan, kongahyan, dan sukong. Cerita yang dibawakan biasanya mempunyai pesan moral dalam kehidupan bermasyarakat, seperti membenci sifat tamak dan membantu orang yang lebih lemah. Dibawakan dengan gaya bahasa Melayu atau dialek khas Betawi, membuat lenong menjadi lebih asyik untuk dinikmati oleh penonton.
3. Kerak Telor
Kerak telor merupakan makanan khas Betawi yang sering juga disebut sebagai omeletenya khas orang Betawi. yang biasanya dijual oleh pedagang yang ada di pinggir jalan saat ada perayaan di Jakarta maupun perayaan memperingati hari Jadi kota Jakarta maupun. makanan yang terbuat dari beras ketan dan telur lalu disajikan bersama serundeng juga topping lainnya. pada umumnya dimasak menggunakan wajan dan sangat enak dinikmati saat masih hangat dengan rasa gurihnya semakin menggugah selerah.
Sejarah Betawi Sebelum masehi
Sejarah penduduk asli Jakarta dulunya dikenal dengan Sunda Kalapa yang bermula sejak pada zaman batu, terutama di era neolitikum. Bukti arkeologis dari Uka Tjandarasasmita telah menunjukkan adanya penghuni di Jakarta dan sekitarnya sebelum adanya Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5. Paling tidak sejak 3.500–3.000 yang tahun lalu, di wilayah yang dilintasi oleh sungai-sungai yang besar seperti Ciliwung, Cisadane, telah dihuni oleh masyarakat.
Temuan artefak seperti kapak dan beliung menunjukkan bahwa mereka sudah mengenal pertanian dan peternakan serta memiliki struktur organisasi masyarakat yang teratur. Yahya Andi Saputra yang berpendapat bahwasan penduduk asli Jakarta merupakan bagian dari penduduk Nusa Jawa yang memiliki kesamaan budaya dan bahasa. Namun, seiring waktu, karena berbagai faktor membuat mereka membentuk identitas suku tersendiri.
Sejarah Betawi Setelah Masehi
- Abad kedua: Jakarta dulu merupakan bagian dari Kerajaan Salakanagara, dengan perdagangan yang telah maju, termasuk hubungan dagang bersama Tiongkok.
- Abad kelima: Kerajaan Hindu Tarumanagara yang muncul dan telah dianggap sebagai kelanjutan dari Salakanagara. Pada era ini, kebudayaan dan kesenian yang telah berkembang, termasuk tradisi petani dan kepercayaan pada Dewi Sri.
- Abad ketujuh: Tarumanagara ditaklukkan oleh Sriwijaya yang beragama Buddha. Penduduk Melayu mulai datang dan telah mendirikan permukiman, dan bahasa Melayu Kuno menggantikan bahasa Sunda Kuno.
- Abad kesepuluh: Persaingan antara Sriwijaya dan Kerajaan Kediri memuncak dalam perang yang juga melibatkan Tiongkok. Sriwijaya kemudian membawa migran Melayu dari Kalimantan barat ke wilayah Jakarta, yang membuat bahasa Melayu menjadi lebih dominan di daerah itu.
Agama dan Kepercayaan Suku Betawi
Sebagian besar individu dari Suku Betawi menganut ajaran agama Islam. Sementara sejumlah kecil lainnya adalah Kumpulan dari agama Kristen Protestan dan Katolik.
Orang yang beragama Kristen ini merupakan keturunan dari orang Portugis yang menetap di Sunda Kelapa sebelum pendudukan Belanda. Wilayah yang di mana mereka berdiam ini telah kini dikenal sebagai Kampung Tugu.
Suku Betawi yang terkenal dengan sifat sosialnya yang sangat mendalam, meskipun kadang cenderung ekstra. Masyarakat Betawi, khususnya yang memeluk agama Islam, sangat menghargai prinsip-prinsip tentang keagamaan. Pendidikan agama kerap diterapkan dalam pengasuhan anak-anak di kalangan mereka.
Kesimpulan
Suku Betawi menjadi salah satu suku bangsa yang populer di Indonesia adalah suku Betawi. Suku ini memiliki kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa. Masyarakat Betawi pada umumnya menghuni di wilayah sekitar Jakarta dan sekitarnya. Kehadiran suku tersebut pertama kali pada abad ke-18 sebagai salah satu komunitas dari beberapa etnis yang telah menetap di Batavia.
Perlu diketahui masyarakat Betawi yang ada di Jakarta juga memiliki batik. Motif maupun warnanya juga beragam, tidak hanya didominasi oleh motif ondel-ondel dengan warna yang selalu melihatkan warna yang indah.