Suku Madura – Mengenali Asal-Usul Leluhur Dan Pesebarannya
Suku Madura merupakan penduduk asli yang berasal dari Pulau Madura di provinsi Jatim (Jawa Timur). Memiliki jumlah populasi 7.179.356 jiwa setara dengan 3.03% penduduk yang ada di Indonesia.
Kedatangan masyarakat di Pulau Madura berawal dari bangsa yang berkebudayaan neolitik yang datang dari Utara dan singgah ke Pulau tersebut. Neolitik yaitu (pada zaman batu penduduknya sudah bisa bercocok tanam). Hal tersebut terjadi sekitar 4000 tahun lalu yaitu 2000 tahun sebelum masehi. Hal ini akibat dampak dari bertambahnya kerajaan china pada masa itu. Budaya mereka yang berkembang sangat pesat membawa pengaruh kekuasannya ke wilayah di bagian selatan. Sehingga pada akhirnya perpindahan merekalah yang melahirkan bangsa-bangsa proto melayu atau melayu tua saat itu yang sedang bermukim di Burma, Siam ataupun Indochina. Fenomena tersebut membuat kelompok bangsa mereka tercerai-berai.
Awal Mula Suku Madura
Sebab hal itu kelompok mereka ada yang meyebar ke bagian selatan, hingga sampai ke pulau Nusantara, salah satunya Pulau Madura. Mereka menetap di pulau ini dan menjadi nenek moyang bangsa Madura. Setelah ratusan tahun di Madura maka para pendatang baru itu menjadi beranak-pinak ke seluruh pulau. Bahkan pulau-pulau kecil di sekitar Madura dihuni juga oleh mereka, seperti pulau Sepudi dan Kangean di timur, pulau Mandangil di selat Madura juga pulau Masalembu dan Bawean di laut Jawa.
Beberapa kelompok ini berjumlah hingga ratusan orang sehingga membentuk satuan-satuan tersendiri tetapi masih terikat satu sama lain oleh kesamaan bahasa. Kemudian memunculkan dialek setempat yang perbedaannya dari (barat yakni Bangkalan), (tengah yakni Sampang dan Pamekasan), (timur yaitu Sumenep) terakhir (paling timur yaitu Kangean). Kata Madura di ambil dari Sansekerta yang memiliki arti permai, cantik, jelita, indah, manis, molek, lemah-lembut, dan ramah-tamah. Nama Pulau ini bisa jadi di ambil dari Madura yaitu sebutan daerah yang serupa di India Selatan memiliki iklim kering.
Sejarah Madura
Awal mulanya dari perjalanan Arya Wiraraja seorang Adipati pertama di Madura pada abad ke 13. Pulau Madura awalnya bersatu dengan tanah Jawa, hal ini menujukkan bahwa di tahun 1365-an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama. Tahun 900 sampai 1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur yaitu Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Antara tahun 1500 dan 1624 para penguasa Madura pada beberapa kali bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa yakni Demak, Gresik, dan Surabaya.
Tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh kerajaan Mataram. Kemudian saat paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda dimulai tahun 1882. Pertama oleh VOC, lalu oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat itu pembagian provinsi pada tahun 1920-an, dan Madura menjadi salah satu bagian dari provinsi Jawa Timur
Tercatatat di sejarah bahwa Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, yang diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, pada tanggal 31 Oktober tahun 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep yang merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan dirinya sebagai Adipati pertama di Madura pada saat itu diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan juga tari Satria. (Batuputih sekarang menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep).
Baca Juga: Jawa Tengah – Surganya Kesenian Tradisional Yang Khas Dan Menarik
Ekonomi Suku Madura
Pertanian adalah kegiatan ekonomi yang paling utama di madura. Jagung, padi, cabe, kacang tanah, kacang hijau dan singkong menjadi tanaman budi daya utama dalam pertanian di Madura. Peternakan sapi juga menjadi salah satu bagian penting ekonomi di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi (tradisi suku Madura). Sektor perikanan juga masuk ke dalam menopang perekonomian di pulau Madura. Wilayah ujung timur pulau madura yakni kabupaten Sumenep adalah salah satu wilayah penghasil ikan laut terbesar di jawa timur.
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura adalah tembakau. Tanah di pulau Madura ini membantu menjadikan tempatnya sebagai produsen penting tembakau dan cengkih bagi para industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda Madura sudah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Pada akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia atau P3GI mencoba Pulau Madura untuk dijadikan lahan pengembangan tanaman tebu di Jawa Timur.
Bangkalan (kabupaten) yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi ekonomi pada tahun 1980-an. Daerah ini sangat dekat dari Surabaya yang menjadi kota terbesar kedua di Indonesia. Juga berperan menjadi daerah sub urban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Nasional Suramadu yang telah beroperasi sejak bulan Juni tahun 2009. Berharap mampu meningkatkan interaksi wilayah madura dengan perekonomian regional. Dan Sumenep merupakan daerah wisata yang menyimpan banyak SDA berupa minyak dan gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan perindustrian yang tersebar di wilayah Jawa Timur.
Watak dan Karakter Suku Madura
Suku Madura terkenal dengan cara dan gaya bicaranya yang blak-blakan, tetapi dikenal sebagai seseorang yang hemat, disiplin dan pekerja keras. Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan orang Madura, mereka mempunyai sebuah falsafah yaitu “ango’an potè tolang etembheng pote mata” yang memiliki arti “lebih baik mati dari pada harus menanggung malu”. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok (pembunuhan untuk mempertahankan harga diri) pada sebagian masyarakat Madura. Suku Madura juga terkenal dengan watak dan karakter sosial yang memegang teguh adat istiadat dan tradisi setempat. Selain itu mereka juga patuh dan taat terhadap ajaran agama Islam dan berpegang teguh pada tradisi dan adat istiadat Leluhur.
Tradisi Suku Madura
Tradisi adalah warisan para pendahulu dari Suku Madura. Yang sudah melekat di kehidupan masyarakat Madura seakan tidak dapat dipisahkan. Sudah seharusnya sebagai generasi penerus kita harus tetap menjaga kelestarian tradisi warisan leluhur yang keberadaanya masih lestari:
Kerapan Sapi
Merupakan tradisi masyarakat Madura yang dilakukan setiap tahun pada bulan Agustus atau September, kemudian akan dilombakan lagi pada final di akhir bulan September atau Oktober. Di dalam tradisini ini ada seorang joki dan 2 ekor sapi yang beradu kecepatan berlari untuk sampai ke garis finis. Joki tersebut nantinya berdiri di atas kereta kayu lalu mengendalikan arah dan tujuan lari sapi. Panjang lintasan karapan sapi ini kurang lebih 100 meter yang berlangsung dalam waktu 10 detik sampai 1 menit.
Upacara Rokat atau Petik Laut
Biasa disebut dengan Rokat Tase. Tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur atas karunia dan nikmat yang telah di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Juga dipercaya dapat memberikan keselamatan dan juga kelancaran rezeki. Biasanya tradisi ini dimulai dengan acara pembacaan istighosah dan tahlil bersama masyarakat. Dipimpin oleh pemuka agama setempat, kemudian masyarakat akan menghanyutkan sesaji ke laut sebagai ungkapan rasa syukur pada sang pencipta. Isi sesaji itu merupakan ketan-ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, dan lainnya.
Ritual Ojung
Adalah sejenis permainan yang dilakukan oleh dua orang laki-laki Suku Madura untuk beradu fisik dengan dilengkapi media rotan yang panjangnya sekitar 1 meter sebagai alat memukul. Biasanya diselenggarakan untuk memohon hujan dan agar terhindar dari malapetaka (kekeringan musim kemarau). Dan juga biasanya ritual ini diiringi dengan musik yang terdiri dari 3 buah dung-dung atau akar pohon siwalan yang telah dilubangi di bagian tengahnya sehingga bunyinya seperti bas, dan kerca.