|

Sultan Mehmed II – Akhir Kisah Dari Takluknya Konstantinopel

Sultan Mehmed II atau lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih adalah seorang pemimpin Turki Ottoman paling berpengaruh sekaligus pemimpin militer terbesar dalam sejarah Utsmaniyah.

Sultan Mehmed II - Akhir Kisah Dari Takluknya Konstantinopel

Beliau dilahirkan pada 27 Rajab 835 H bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1432 M di Adrianapolis, yang sekarang dikenal dengan kota Edirne (perbatasan Turki – Bulgaria). Dan merupakan anak dari khalifah Sultan Murad II dan permaisuri Aishah. Pada saat usianya menginjak 19 tahun diberikan gelar khalifah dan juga menjadi sultan ketujuh dari silsilah para sultan Dinasti Utsmani. Sang penakluk julukan yang diberikan kepada Muhammad Al-Fatih dikarenakan memiliki kepihawaian dalam mengatur strategi perang.

Distrik Fatih, Masjid Fatih dan Jembatan Fatih Sultan Mehmed, namanya diabadikan dibeberapa tempat
di Turki Istanbul. Berkat pencapainnya yang bisa dikatakan mustahil bagi seorangpun untuk melakukan apa yang sudah dilakukan oleh beliau.

Masa Kepemimpinan Sulthan Mehmed II

Berlangsung dari tahun 1444-1446, kemudian dari tahun 1451-1481. Ini adalah periode yang sangat penting dalam sejarah Kesultanan Utsmaniyah karena terjadi sejumlah peristiwa besar di bawah pemerintahannya:

  • Penaklukan Konstantinopel 1453, Ini mengakhiri Kekaisaran Bizantium yang telah berdiri selama lebih dari seribu tahun dan membuka jalan bagi pendirian Kesultanan Utsmaniyah sebagai kekuatan utama di kawasan tersebut. Salah satu pencapaian terbesar Sultan Mehmed II adalah penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453.
  • Ekspansi wilayah, Selama masa pemerintahannya, Mehmed II tidak hanya merebut Konstantinopel, tetapi juga memperluas kekuasaan Utsmaniyah ke wilayah-wilayah lain di Balkan, Anatolia, dan Timur Tengah. Ekspansi ini mengonsolidasikan kekuatan Utsmaniyah sebagai kekaisaran yang dominan di kawasan itu.
  • Reformasi administratif, Mehmed II terkenal karena melakukan reformasi administratif dalam Kesultanan Utsmaniyah. Dia memperkenalkan sistem birokrasi yang lebih terstruktur, memperluas penggunaan Devshirme (sistem penjarahan anak-anak Kristen untuk dijadikan janissary), dan meningkatkan kontrol sentral pemerintah atas provinsi-provinsi.
  • Pembangunan Istanbul, Mehmed II juga terkenal karena perannya dalam membangun kembali dan memperluas kota yang baru direbutnya, Konstantinopel, yang kemudian dinamai Istanbul. Ini termasuk membangun berbagai infrastruktur, seperti masjid-masjid dan istana, serta mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan kebudayaan di kota tersebut.
  • Kebijakan agama, Sultan Mehmed II mengadopsi kebijakan toleransi agama yang relatif terbuka, yang memungkinkan komunitas Kristen dan Yahudi untuk hidup secara relatif damai di bawah kekuasaan Utsmaniyah. Meskipun tidak selalu konsisten, kebijakan ini membawa stabilitas relatif dalam keberagaman agama di wilayah kekuasaannya. 

Masa kepemimpinan Sultan Mehmed II dapat dianggap sebagai salah satu periode paling bersejarah dan transformasional dalam sejarah Kesultanan Utsmaniyah, yang mengubah lanskap politik, budaya, dan agama di wilayah tersebut secara mendalam.

Baca Juga: Kue Ombus-Ombus: Kelezatan Tradisional Dari Tanah Batak 

Awal Penyerangan Konstantinopel

Awal Penyerangan Konstantinopel

Penyerangan awal Sultan Mehmed II terhadap Konstantinopel dimulai pada awal April 1453. Berikut adalah rangkaian peristiwa dan persiapan awal yang dilakukan Mehmed II sebelum serangan besar-besaran terhadap kota:

  • Persiapan Militer, Sultan Mehmed II mempersiapkan pasukan besar dari Kesultanan Utsmaniyah untuk mengepung Konstantinopel. Pasukannya terdiri dari infanteri, kavaleri, dan artileri yang kuat. Mehmed II juga mengumpulkan armada laut untuk memblokade kota dari segala arah.
  • Pertahanan Bizantium: Di pihak Bizantium, Kaisar Konstantin XI Palaiologos mempersiapkan pertahanan dengan sebaik mungkin. Dia memperbaiki tembok-tembok kota yang rusak dan memobilisasi tentara untuk menghadapi pengepungan Utsmaniyah.
  • Pengepungan Dimulai, Pada tanggal 6 April 1453, Mehmed II dan pasukannya tiba di depan Konstantinopel dan resmi memulai pengepungan. Pasukan Utsmaniyah mulai mengepung kota dengan mengatur barisan pasukan, membangun parit, dan menempatkan meriam-meriam mereka.
  • Pertempuran Awal, Awal pengepungan terutama ditandai dengan pertempuran sengit antara pasukan Utsmaniyah dan pasukan pertahanan Bizantium. Meskipun Bizantium mampu menahan serangan awal, tekanan yang terus menerus dari Utsmaniyah membuat situasi semakin sulit.
  • Serangan Meriam, Salah satu aspek kunci dari strategi Mehmed II adalah penggunaan meriam-meriam besar yang dikirim dari Kekaisaran Utsmaniyah. Senjata ini diarahkan pada tembok-tembok kota Bizantium untuk meruntuhkannya dan membuka celah bagi serangan pasukan darat.

Penyerangan awal Sultan Mehmed II terhadap Konstantinopel menandai awal dari apa yang akan menjadi penaklukan akhir kota tersebut oleh Kesultanan Utsmaniyah. Dengan menggunakan strategi militer yang canggih dan memanfaatkan teknologi senjata api yang baru pada saat itu, Mehmed II berusaha untuk mengatasi pertahanan kokoh dari kota yang telah lama dianggap sebagai benteng terkuat di dunia Archipelago Indonesia.

Akhir Penaklukan Konstantinopel

Akhir Konstantinopel terjadi pada tanggal 29 Mei 1453, ketika kota tersebut jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, yang juga dikenal sebagai Mehmed yang Penakluk. Penaklukan Konstantinopel adalah peristiwa bersejarah yang mengakhiri lebih dari seribu tahun kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium atas kota ini.

Beberapa faktor yang mempengaruhi akhir Konstantinopel meliputi:

  • Pengepungan Utsmaniyah, Sultan Mehmed II memimpin pengepungan besar-besaran terhadap Konstantinopel mulai dari 6 April hingga 29 Mei 1453. Utsmaniyah membangun sistem pertahanan yang kuat dan menggunakan artileri canggih untuk mengepung kota.
  • Pertahanan Konstantinopel, Kota ini dipimpin oleh Kaisar Konstantin XI Palaiologos yang berusaha keras mempertahankan kota dari serangan Utsmaniyah. Namun, kelemahan dalam pertahanan dan perbedaan yang ada antara pasukan dalam negeri dan orang-orang Eropa yang membantu pertahanan akhirnya menyebabkan kegagalan.
  • Penembusan Benteng, Pada hari terakhir pengepungan, pasukan Utsmaniyah berhasil menembus tembok benteng Konstantinopel. Hal ini menyebabkan serbuan besar-besaran ke dalam kota, mengakibatkan pertempuran berkecamuk di seluruh wilayah.
  • Jatuhnya Konstantinopel, Setelah perjuangan yang sengit, Konstantinopel jatuh ke tangan Utsmaniyah pada tanggal 29 Mei 1453. Banyak penduduk tewas atau ditawan, dan kota ini mengalami perubahan besar sebagai pusat kekuasaan dan budaya baru di bawah kekuasaan Utsmaniyah.

Akhir Konstantinopel memiliki konsekuensi yang luas dalam sejarah Eropa dan Timur Tengah. Ini menandai akhir dari periode Bizantium dan memperkuat Kesultanan Utsmaniyah sebagai kekuatan dominan di kawasan tersebut. Selain itu, jatuhnya Konstantinopel memicu migrasi intelektual, seni, dan kebudayaan yang signifikan ke Eropa Barat. Mempengaruhi perkembangan selanjutnya dari Renaisans dan pergeseran geopolitik di wilayah tersebut.

Kesimpulan

Jatuhnya Konstantinopel juga mengubah dinamika geopolitik di Eropa dan Timur Tengah. Ini memicu migrasi orang-orang Bizantium yang berpengaruh ke Eropa Barat, yang pada gilirannya memperkaya dan memperluas budaya Renaissance. Di sisi lain, bagi dunia Muslim, penaklukan ini menunjukkan kekuatan dan keberhasilan Kesultanan Utsmaniyah dalam menyatukan wilayah Muslim di bawah satu pemerintahan. Pembangunan kembali dan transformasi kota ini menjadi Istanbul menandai awal dari periode baru dalam sejarah kawasan tersebut. Kisah Konstantinopel adalah cerminan dari kekuatan, keberanian, strategi militer, dan dampak yang besar dari satu peristiwa dalam sejarah yang membentuk peradaban dunia modern seperti yang kita kenal hari ini. Jika ingin melihat kisah sejarah yang lain silahkan kunjungi link dibawah ini storydiup.com.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *