Tradisi Tabuik – Pesta Rakyat Pariaman yang Penuh Cerita Mistis

Tradisi Tabuik adalah pesta rakyat tahunan di Pariaman, Sumatera Barat, yang kaya akan cerita mistis dan sejarah​.

Tradisi Tabuik - Pesta Rakyat Pariaman yang Penuh Cerita Mistis

Perayaan ini merupakan warisan budaya masyarakat Minangkabau yang berpusat di Kota Pariaman. Meskipun kini menjadi festival budaya yang meriah, Tabuik berakar dari kisah kelam Perang Karbala, yang memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi uptudate menarik lainnya seputaran Archipelago Indonesia.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Asal-Usul dan Sejarah Tabuik

Tradisi Tabuik diyakini memiliki hubungan dengan sejarah kelam umat Islam di masa lalu, yakni Perang Karbala. Perang ini terjadi di Karbala, Irak, antara pasukan Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Raja Yazid bin Muawiyah dari Syam pada bulan Muharam tahun 61 H.

Dalam pertempuran tersebut, Husain yang merupakan cucu Nabi Muhammad SAW, terbunuh. Bahkan, jasadnya dicincang dan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya. Peristiwa tragis inilah yang menjadi dasar diadakannya tradisi Tabuik di Pariaman.

Tradisi ini diperkenalkan di Pariaman oleh pasukan Tamil Muslim Syi’ah dari India yang bermukim di sana pada masa kekuasaan Inggris di Sumatra bagian barat. Awalnya, Tabuik masih sangat kental dengan budaya Timur Tengah.

Namun, pada tahun 1910, terjadi kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau. Sehingga berkembang menjadi bentuknya yang sekarang. Tradisi ini diperkirakan mulai muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi.

Bahkan, upacara melabuhkan tabuik ke laut telah dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak tahun 1831. Sejak tahun 1982, perayaan Tabuik dijadikan bagian dari kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Cerita Mistis di Balik Tabuik

Di balik kemeriahan Festival Tabuik, tersembunyi cerita-cerita mistis yang diwariskan turun-temurun. Salah satu mitos yang berkembang adalah keterlibatan roh penjaga Tabuik dalam proses pembuatannya. Mitos lain yang populer berkaitan dengan bentuk Tabuik yang digunakan dalam acara, yang diyakini sebagai perwujudan arak-arakan malaikat dan burak.

Menurut riwayat, setelah Husain dan pengikutnya dikuburkan, turunlah arak-arakan malaikat dan burak dari langit. Arak-arakan ini membawa ornamen dan wewangian dari surga.

Para malaikat kemudian memasukkan tubuh Husain ke dalam sebuah peti dan meletakkannya di punggung burak, lalu rombongan ini kembali terbang ke langit. Namun, di tengah perjalanan, para malaikat mencium bau manusia di antara arak-arakan tersebut.

Bau itu berasal dari sisa prajurit Husain yang selamat dan ikut bergantung di tubuh burak, memohon untuk diizinkan ikut bersama jasad Husain.

Malaikat tidak mengizinkan mereka, melainkan memberikan petuah agar para pengikut Husain melaksanakan tradisi yang persis seperti arak-arakan yang mereka lihat, sebagai pengingat kejadian tersebut.

Gambaran arak-arakan inilah yang diyakini sebagai dasar diadakannya tradisi Tabuik di Pariaman hingga kini. Nama “Tabuik” sendiri berasal dari bahasa Arab “Tabut” yang berarti peti kayu, mengacu pada legenda peti berisi jenazah Husain yang diterbangkan oleh burak.

Baca Juga: Tradisi Mappacci: Simbol Cinta dan Restu dari Bugis

Rangkaian Prosesi Tabuik yang Penuh Makna

Rangkaian Prosesi Tabuik yang Penuh Makna

Penyelenggaraan upacara Tabuik dilakukan setiap awal bulan Muharam, biasanya dari tanggal 1 hingga 10 Muharam. Lima hari merupakan kegiatan inti (upacara), sedangkan lima hari lainnya adalah kegiatan fisik (pembuatan tabuik).

Meskipun begitu, waktu pelaksanaan puncak acara sudah mulai bergeser dan tidak selalu diadakan dalam jangka waktu tersebut, kadang disesuaikan dengan akhir pekan.Secara umum, terdapat tujuh hingga delapan tahapan ritual dalam tradisi Tabuik.

Mengambil Tanah (Maambiak Tanah)

Ritual ini dilaksanakan pada tanggal 1 Muharam.

Pengambilan tanah dilakukan oleh pawang dengan menyelam ke dasar sungai, dibantu oleh empat orang anggota: tiga sebagai saksi di dekat pawang menyelam, dan satu orang di tepi sungai memegang belanga untuk menampung tanah.

Sebelum terjun, pawang membakar kemenyan dan membaca mantra-mantra. Tanah yang diambil kemudian diletakkan di sebuah tempat yang disebut pusara, diibaratkan sebagai makam Imam Husain.

Tanah ini dibungkus kain putih dan disimpan dalam “lalaga”, sebuah tempat berukuran 3×3 meter yang dipagari bambu, melambangkan kuburan Husain. Ritual ini melambangkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Membuang Tabuik ke Laut (Maarak Tabuik)

Ini adalah acara puncak dan penutup rangkaian upacara Tabuik, dilakukan sore hari menjelang Maghrib sekitar pukul 18.00 WIB pada tanggal 10 Muharam.

Iringan tabuik akan sampai ke tepi pantai dan secara bersama-sama digotong ke laut hingga air mencapai sebatas dada tabuik, lalu dilepaskan seakan-akan burak terbang membawa arak-arakan ke langit. Upacara pembuangan tabuik ditutup dengan doa pelepas arak-arakan.

Ritual terakhir ini bermakna bahwa orang yang meninggal akan memiliki tempat kembali, dan masyarakat harus melepaskan mereka yang sudah meninggal dengan rela.

Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Archipelago Indonesia terlengkap yang akan kami berikan setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari hypeabis.id
  • Gambar Kedua dari www.liputan6.com

Similar Posts