Wisatawan Kaget Bayar Tikar Rp 50 RB di Pantai Drini, Ini Respons Pokdarwis!
Pantai Drini menjadi viral di media sosial setelah seorang wisatawan mengeluhkan pengalaman tak menyenangkan ketika berlibur ke salah satu pantai populer di Yogyakarta tersebut
Dalam unggahan yang beredar luas di TikTok, wisatawan dengan akun @emmy_store08 menceritakan bagaimana rombongannya merasa terkejut karena harus membayar sewa tikar yang menurut mereka tergolong mahal, yakni Rp 50.000 per lembar.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Archipelago Indonesia.
Kronologi Kejadian yang Viral di Media Sosial
Menanggapi sorotan publik tersebut, pihak pengelola setempat yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Drini angkat bicara untuk memberikan klarifikasi dan konteks sesungguhnya mengenai kebijakan tarif sewa tikar di kawasan itu.
Ketua Pokdarwis Pantai Drini, Marjoko, menjelaskan bahwa tarif Rp 50.000 per tikar itu bukanlah sesuatu yang sepontan ditetapkan tanpa persetujuan, tetapi sudah merupakan kesepakatan bersama antara pelaku usaha yang berada di area pasiran pantai.
Menurut Marjoko, kebijakan tarif tersebut hanya berlaku pada hari akhir pekan (Sabtu dan Minggu) serta hari libur nasional, ketika volume wisatawan membludak dan penggunaan fasilitas menjadi lebih tinggi.
Dalam kebijakan itu, dengan membayar Rp 50.000, pengunjung dapat memakai tikar selama kurang lebih dua jam. Sementara untuk hari biasa (weekday), tarif sewa tersebut tidak diberlakukan; pengunjung cukup membeli makanan atau minuman di lapak pedagang sudah dapat menikmati tikar atau gazebo tanpa biaya tambahan.
Marjoko juga menegaskan bahwa kejadian viral itu lebih disebabkan oleh miskomunikasi internal rombongan wisatawan, bukan kesengajaan dari pihak pelaku usaha untuk “mengejutkan” wisatawan dengan harga tinggi yang tidak mereka ketahui sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa orang yang melakukan negosiasi harga sewa bukanlah orang yang kemudian melakukan pembayaran sehingga ketika sampai di kasir, pihak yang membayar merasa harga sewa terasa lebih mahal karena kurang mendapatkan informasi sebelumnya.
Hal ini menurutnya menjadi pelajaran penting agar komunikasi harga kepada pengunjung lebih jelas dan transparan ke depannya.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Peran Dinas Pariwisata Gunungkidul
Selain respons dari pengelola lokal, Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul juga turut memberikan tanggapan untuk menangani isu tersebut.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Dispar Gunungkidul, Supriyanta. Menyatakan bahwa pihaknya telah mengkonfirmasi kejadian tersebut dan berkoordinasi dengan Pokdarwis serta pelaku usaha yang terkait.
Ia menyebut bahwa Dispar melakukan pembinaan terhadap pelaku wisata agar memastikan kenyamanan dan kepuasan para pengunjung tetap terjaga. Termasuk mengingatkan tentang praktik harga yang adil dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut Supriyanta, pembinaan ini penting mengingat liburan panjang akhir tahun biasanya membawa lonjakan pengunjung yang signifikan, dan potensi adanya keluhan wisatawan perlu diantisipasi sejak dini.
Dalam penjelasannya, Supriyanta juga menyampaikan bahwa Dispar Gunungkidul telah mengeluarkan surat edaran (SE) terkait penyelenggaraan pariwisata selama masa libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Salah satu poinnya adalah meminta pelaku usaha di destinasi wisata untuk tidak menaikkan harga secara tidak wajar. Termasuk untuk jasa dan fasilitas dasar yang dinikmati wisatawan.
Surat edaran ini dibagikan kepada seluruh pelaku pariwisata di kawasan pantai Gunungkidul agar praktik harga lebih transparan dan terkontrol. Sehingga pengalaman wisatawan lebih positif dan berkesan.
Baca Juga: Pulau Tikus Bengkulu, Keindahan Alam yang Jarang Terjamah Manusia
Sorotan Terhadap Pengelolaan Wisata
Viralnya kejadian ini memunculkan beragam respons dari masyarakat. Sebagian warganet mengkritik praktik penarikan biaya yang dinilai tidak transparan dan berpotensi merugikan wisatawan.
Ada pula yang membandingkan tarif serupa di pantai lain yang dianggap lebih murah. Namun, tidak sedikit juga yang mencoba memahami situasi dari sudut pandang pelaku usaha lokal. Mengingat mereka bergantung pada sektor pariwisata untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Perdebatan ini akhirnya memperluas diskusi tentang pentingnya standar harga dan komunikasi yang jelas di destinasi wisata.
Respons Pokdarwis Pantai Drini Atas Polemik Tarif
Menanggapi ramainya perbincangan, Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Pantai Drini memberikan klarifikasi resmi. Pokdarwis menjelaskan bahwa tarif sewa tikar sebenarnya bervariasi tergantung ukuran, lokasi, serta durasi penggunaan.
Mereka mengakui adanya kekurangan dalam penyampaian informasi harga kepada wisatawan dan menyatakan akan melakukan evaluasi. Pokdarwis juga menegaskan bahwa tidak ada niat untuk memanfaatkan wisatawan. Melainkan murni sebagai bagian dari usaha masyarakat setempat dalam mengelola fasilitas pantai secara mandiri.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari travel.tribunnews.com
- Gambar Kedua dari tripadvisor.co.id
