Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945
Peristiwa Rengasdengklok lebih dikenal pristiwa penculikan Soekarno dan Hatta pada tanggal 16 agustus 1945. Pristiwa ini merupakan salah satu momen penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Rengasdengklok sendiri adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Dalam artikel Archipelago Indonesia ini, kita akan mendalami secara menyeluruh sejarah peristiwa Rengasdengklok, meliputi Sejarah, dan Tokoh-tokoh nya.
Sejarah Rengasdengklok
Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Secara geografis, Rengasdengklok beradi sekitar 15 kilometer sebelah utara dari pusat kota Karawang dan sekitar 70 kilometer dari jakarta. Kecamatan ini memiliki akses yang cukup mudah dari ibu kota dan daerah sekitarnya.
Membuatnya menjadi lokasi yang strategis pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1945, Rengasdengklok adakag sebuah desa yang relatif tenang dan jauh dari pusat pemerintahan kolonial Belanda di Jakarta.
Hal ini menjadikannya lokasi yang ideal bagi para pejuang kemerdekaanuntuk merencanakan strategi tanpa pengawasan ketat dari pasukan Belanda. Lokasi spesifik yang menjadi pusat peristiwa sejarah adlaah rumah miliki Djiaw Kie Siong.
Seorang petani keturunan Tionghoa, yang saat itu dijadikan tempat tinggal sementara bagi Soekarno dan Hatta saat mereka “diamankan” oleh kelompok pemuda. Rumah Djiaw Kie Siong yang berada di Rengasdengklok kini telah diubah menjadi situs sejarah yang dikenal sebagai “Rengasdengklok.”
Peristiwa Rengasdengklok ini bermula pada 15 Agustus 1945 ketika Jepang menyatakan diri menyerah kepada pihak sekutu. Dengan demikian, rencana kemerdekaan Indonesia yang awalnya telah diatur oleh Jepang dengan pendirian PPKI juga mengalami ketidakjelasan.
Hal ini membuat perbedaan pendapat antara golongan tua yang tetap menghendaki agar kemerdekaan dibicarakan terlebih dahulu melalui PPKI, dengan golongan muda yang menghendaki agar proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan tanpa melibatkan PPKI yang merupakan bentukan Jepang. Golongan muda dengan tokohnya di antaranya Sjahrir, Chaerul Saleh, Wikana, Sukarni, B.M.
Diah, dan lain-lain, sempat menemui Sukarno dan Hatta selaku golongan tua yang di percayai sebagai pemimpin PPKI. Dalam perbincangan ini Soekarno untuk mengikuti kemauan mereka atau jika tidak mereka akan bergerak sendiri melakukan revolusi. Hal ini bahkan sampai membuat Sukarno marah kepada para golongan muda.
Pembicaraan antara golongan muda dengan golongan tua ini bahkan berlangsung panas dimana golongan muda sampai memaksa Sukarno untuk mengikuti kemauan mereka atau jika tidak mereka akan bergerak sendiri melakukan revolusi. Hal ini bahkan sampai membuat Sukarno marah kepada para golongan muda.
Penculikan Soekarno Dan Hatta
Mendapat respon yang tidak ada kata sepakat demikian, golongan muda kembali berkumpul untuk menyusun rencana. Akhirnya disepakati bahwa mereka harus mengamankan Sukarno dan Hatta agar tidak bertemu dan mendapat pengaruh dari pihak Jepang untuk menunda proklamasi kemerdekaan.
Pada hari Kamis, 16 Agustus 1945, pagi hari, golongan muda menjemput Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke markas PETA di Rengasdengklok, sebuah kota kecil di sebelah utara Jakarta. Golongan muda ini berdalih hendak melindungi Soekarno dan Hatta karena dikhawatirkan akan terjadinya pemberontakan dan peperangan antara PETA dengan sisa-sisa tentara Jepang.
Namun tidak ada gesekan senjata yang terjadi. Sukarno dan Hatta menyadari bahwa dibawanya mereka ialah sebagai upaya untuk membujuk agar mereka sepakat untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin.
Sukarno sendiri menyebut peristiwa ini sebagai penculikan, sebab pada pagi dini hari ketika masih gelap, para pemuda yang berseragam militer itu tiba-tiba datang ke rumah Sukarno sambil mengacungkan senjata dan meminta agar Sukarno mau ikut dengan mereka.
Pemilihan Rengasdengklok sebagai lokasi pengamanan Sukarno dan Hatta juga didasari atas pertimbangan taktik militer. Daerah Rengasdengklok dianggap bebas dari kekuasaan dan pengawasan pihak pemerintah militer Jepang serta strategis untuk mengawasi pergerakan sisa-sisa tentara Jepang.
Dan memiliki akses yang banyak untuk evakuasi jika terjadi sesuatu. Di Rengasdengklok, Sukarno dan Hatta beserta masing-masing keluarga mereka ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa yang bersimpati terhadap pergerakan kemerdekaan.
Baca Juga: Lagu Indonesia Raya: Makna Dan Sejarah Lagu Indonesia Raya
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Orang tersebut bernama Djiaw Kie Siong, seorang petani yang telah menggarap tanahnya di sana sejak tahun 1930an. Sukarno menggambarkan bahwa rumah tersebut terletak di tengah kebun yang banyak babinya serta terpencil, sehingga lokasinya tidak begitu menarik perhatian.
Di sisi lain, di Jakarta pada 16 Agustus 1945 itu seharusnya dilaksanakan rapat PPKI. Namun ketika Sukarno dan Hatta tidak kunjung muncul, anggota PPKI yang lain panik dan mulai mencari-cari. Wikana, salah seorang tokoh golongan muda yang terlibat dalam penculikan Sukarno dan Hatta.
Memberitahukan Ahmad Soebardjo yang juga salah satu anggota PPKI, apa yang telah terjadi dan dimana Sukarno dan Hatta saat ini. Maka kemudian dimulailah kembali dialog antara golongan muda yang dipimpin oleh Wikana dengan golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo.
Kedua pihak akhirnya menyepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan paling lambat pada keesokan harinya. Lalu pada malam harinya Ahmad Soebardjo menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Malam itu juga, setelah Soekarno dan Hatta pulang sejenak ke rumah masing-masing.
Keduanya beserta rombongan kembali berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah teks proklamasi hingga pagi dini hari keesokan harinya, Jum’at, 17 Agustus 1945. Pada pukul 10.00 pagi, di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur, Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Terlibat Peristiwa Rengasdengklok
- Soekarno: Soekarno adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia yang menjadi salah satu target utama dari penculikan yang dilakukan oleh para pemuda. Sebagai tokoh sentral dalam pergerakan kemerdekaan, Soekarno memiliki pengaruh besar terhadap rakyat dan diharapkan dapat segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa menunggu janji Jepang.
- Mohammad Hatta: Mohammad Hatta dikenal sebagai Bung Hatta, adalah pendamping Soekarno dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dia juga menjadi target penculikan oleh para pemuda. Hatta merupakan tokoh yang dikenal dengan pemikiran strategisnya dan memainkan peran penting dalam negosiasi dan penyusunan teks proklamasi.
- Sukarni: Sukarni Kartodiwirjo adalah pahlawan nasional kelahiran Blitar, Jawa Timur, pada 14 Juli 1916.
Peran Sukarni dalam Peristiwa Rengasdengklok adalah sebagai salah satu orang yang mendesak Bung Karno untuk segera melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. - Wikana dan Darwis: Wikana dan Darwis dikirim oleh para anggota golongan muda lainnya untuk bertemu dengan Soekarno dan Hatta. Wikana menuntut Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945.
- Suroto dan Subadio: Suroto dan Subadio, bersama dengan para anggota golongan muda lainnya, ikut menyusun perencanaan penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Yusuf Kunto, Shodanco Singgih, dan Dr. Muwardi
Pada 16 Agustus 1945 pukul 06.00, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi, dan Shodanco Singgih menjemput Soekarno-Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok. - Sukarni dan Kusnandar: Sukarni dan Kusnandar adalah tokoh yang membawa Soekarno ke Rengasdengklok bersama Bung Hatta.
- Djohar Nur Sebelum Peristiwa Rengasdengklok, Djohar Nur mengadakan rapat terkait pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia.
- Latief Hendraningrat: Latief Hendraningrat adalah seorang pemuda yang mendukung penculikan Soekarno dan Hatta. Ia memimpin pasukan Peta yang membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
- Shodanco Singgih: Shodanco Singgih adalah seorang prajurit yang membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Ia berusaha meyakinkan Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI.
Kesimpulan
Peristiwa Rengasdengklok mencerminkan semangat para golongan mudah yang ingin mendesar dilaksakan nya proklamasi kemerdekaan tanpa adanya campur tangan permentah jepang. Buat anda yang tertarik mengenai cerita kami. Anda bisa langsung saja mengunjungi website kami dengan cara mengklik link yang satu ini Archipelago Indonesia.